Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Diplomat Top AS-China Bertemu, Apa yang Mereka Bicarakan?

Kompas.com - 27/06/2020, 18:53 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo mengungkap alasannya berjumpa dalam rapat baru-baru ini dengan Yang Jiechi, seorang diplomat terkemuka China.

Pompeo mengungkapkan alasannya selama wawancara radio pada Selasa (23/6/2020). Rapat antara Pompoe dengan Yang Jiechi sendiri berlangsung pada 17 juni lalu.

"Saya yakin bahwa Partai Komunis China siap memberitahu kita apabila ada perubahan yang akan dilakukan," ujar Pompeo.

Baca juga: Trump Pecat Inspektur Jenderal AS yang Menyelidiki Menlu Mike Pompeo

Apa yang dibicarakan saat pertemuan itu?

Seorang investigator Washington Tom Rogan menulis dalam kolomnya bahwa pertemuan Pompeo dengan Jiechi di Hawai pekan lalu merupakan agenda China untuk memisahkan Pompeo dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Pompeo menjawab bahwa dia membiarkan orang-orang berspekulasi tentang pertemuannya dengan delegasi dari negara Komunis China.

Namun, dia mengatakan kalau dirinya sendiri memang ingin berjumpa dengan diplomat top China itu.

Baca juga: Covid-19, Menlu AS Mike Pompeo Desak China Izinkan Inspeksi ke Lab

Yang Jiechi merupakan salah satu anggota Partai Komunis elit Politbiro (politicheskoye buro) adalah organisasi eksekutif untuk beberapa partai politik khususnya partai komunis.

Pompeo menjelaskan, "Saya ingin berjumpa karena Partai Komunis China telah bersikap secara fundamental dan menempatkan rakyat Amerika dalam risiko. Saya saat ini bekerja kepada seorang presiden yang pertama kalinya selama beberapa dekade menganggap hal ini suatu ancaman yang serius."

Dia juga mengungkit tentang beragam peristiwa yang terjadi belakangan ini dan berkaitan dengan Partai Komunis China.

Baca juga: Trump Sebut Temannya Puji Dia sebagai Orang Paling Sempurna

"Kita lihat apa yang terjadi di Hong Kong, kita lihat apa yang terjadi di Himalaya dengan India, di Laut China Selatan," imbuh Pompeo.

Beberapa hari setelah pertemuan itu, menurut Menlu AS, Beijing bergerak maju dengan memberlakukan undang-undang keamanan di Hong Kong.

Pertemuan itu menurut Pompeo membahas bagaimana pandangan AS terkait langkah-langkah China, dan bagaimana tindakan yang akan diambil AS serta harapan ke depannya.

Baca juga: Awasi UU Keamanan Nasional, China Akan Bentuk Badan Khusus di Hong Kong

Pompeo juga mengkritik rezim China yang cenderung berbasa-basi namun gagal melakukan perubahan nyata. "Apa yang perlu kita lihat dari mereka adalah perubahan nyata," ujar Pompeo.

Pompeo juga telah menyebutkan pertemuan dengan Yang dalam sebuah wawancara dalam acara The Sean Hannity Show.

Selama The Sean Hannity Show, Pompeo juga menegaskan kembali sikap pemerintah AS.

"Presiden memahami bahwa Partai Komunis China dan elit global di AS telah bekerja sama untuk membahayakan dan memberi risiko secara nyata di sini di AS. Presiden Trump tidak akan membiarkan itu terus terjadi."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com