Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Selatan: Tak Ada Pergerakan Mencurigakan dari Korea Utara

Kompas.com - 18/06/2020, 20:01 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber ABCNews

SEOUL, KOMPAS.com - Korea Selatan menyatakan, mereka tidak mendapatkan pergerakan yang mencurigakan dari Korea Utara dalam provokasi sejak akhir pekan.

Korut menuai perhatian setelah pada Selasa (16/6/2020), mereka menghancurkan kantor penghubung yang berlokasi di Kaesong.

Aksi itu sejalan dengan instruksi yang diberikan oleh adik Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong, pada akhir pekan lalu.

Baca juga: Pakar Sebut Serangan Korea Utara demi Raih Konsesi secara Paksa

"Tidak lama lagi, adegan tragis di mana kantor penghubung antara Utara dan Selatan yang tak berguna akan terjadi," ancam Kim Yo Jong.

Dalam provokasi lanjutan, Pyongyang menyatakan bakal mengirim militer ke perbatasan dengan Korea Selasa, dilansir ABC News Kamis (18/6/2020).

Tidak hanya itu. Militer Korut juga mengancam mereka akan mendirikan pos penjagaan di perbatasan, dan menggelar lagi latihan rutin.

Aksi tersebut jelas bertentangan dengan Deklarasi Panmunjom, yang ditandatangani oleh Kim Jong Un dan Presiden Korsel Moon Jae-in.

Deklarasi tersebut menerangkan agar dua Korea tidak mengambil tindakan yang dianggap sebagai provokasi, dalam upaya mendinginkan tensi Semenanjung Korea.

Kim Jun-rak, juru bicara Kantor Kepala Staf Gabungan, kepada awak media menyatakan belum terdapat indikasi mencurigakan tetangganya itu bergerak.

Kim menuturkan, militer Negeri "Ginseng" tetap bersiaga menghadapi segala kemungkinan, seraya memperingatkan Korut agar tak melanggar perjanjian 2018.

Dalam beberapa hari terakhir, dua Korea terlibat ketegangan yang dipicu aktivitas pembangkang Korut di perbatasan Korsel.

Baca juga: Provokasi Korea Utara demi Memperkuat Status Adik Kim Jong Un

Para pembelot itu mengirim USB berisi drama, lagu, maupun selebaran yang menuding Kim Jong Un sebagai pelanggar HAM di perbatasan.

Kim Yo Jong dengan gusar menyebut Seoul sebagai "musuh", karena dianggap tidak bergerak cepat untuk menindak para pembelot tersebut.

Pihak Korea Selatan sebenarnya berusaha mengurangi tensi, antara lain dengan mengancam akan menelurkan hukum guna menuntut para pembelot itu.

Para pakar berpendapat, provokasi Korea Utara dengan meledakkan Kaesong dimaksudkan untuk memaksa Seoul membujuk Amerika Serikat (AS).

Sebabnya, ekonomi Korut yang sudah kolaps karena terjangan sanksi AS semakin runyam di tengah pandemi virus corona yang menyebar di seluruh dunia.

Harapan Pyongyang agar sanksinya dicabut pada pertemuan kedua Kim dan Presiden AS Donald Trump di Hanoi, Vietnam, Februari 2019 tak menghasilkan apa pun.

Baca juga: Korea Utara Bakal Kirim Militer ke Perbatasan dengan Korea Selatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com