Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani di Sumatera Utara Ini Sukses Hidupi Keluarga dari Kopi, Raup Rp 46 Juta Sekali Panen

Kompas.com - 23/04/2024, 16:31 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selalu ada jalan bagi setiap yang mau berusaha. Konsep inilah yang membawa Wina Indah Lestari Hutabarat (34 Tahun), perempuan asal Sumatera Utara yang sukses menghidupi keluarga dari bertani kopi.

Wina menceritakan awal dirinya menjadi seorang petani kopi karena terinspirasi dari seorang opung (sebutan kerabat Wina) yang ia temui di tanah perantauan, di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

"Mayoritas orang di Simalungun itu petani kopi. Saya lihat opung di situ sukses menyekolahkan anaknya sampai sarjana, ada yang jadi polisi juga, tetapi hanya kopi yang ditanam," kata Wina saat ditemui di Starbucks Farmer Support Center, Sumatera Utara, Sabtu (20/4/2024).

Baca juga: Tingkatkan Kualitas Kopi Sumatera, Starbucks Farmer Support Center Bantu Edukasi Petani Lokal

Bercermin dari usaha petani kopi sang opung, alhasil Wina memutuskan untuk mencoba menjadi petani kopi pada 2012.

Dalam perjalannya bertani kopi, Wina mengatakan ada masa-masa harga kopi anjlok. Namun dirinya tetap konsisten untuk bertani kopi hingga harga kopi kembali naik.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Foodplace (@my.foodplace)

"Sempat turun anjlok harganya, cuma tidak apa-apa, kita rawat saja. Ternyata memang benar, lama-lama seperti sekarang ini harga kopi ternyata naik, memang benar-benar bisa membangun kehidupan," katanya.

Wina melanjutkan, hasil panen kopi yang ia peroleh saat ini tidak lepas dari dukungan Starbucks Farmer Support Center (FSC). 

Baca juga: Starbucks Indonesia Buka Gerai Ramah Teman Tuli di Jakarta Pusat

Mulai dari pemberian bibit kopi yang unggul, bibit lamtoro sebagai pohon pelindung, hingga menyediakan pupuk kandang untuk lahan pertanian kopi miliknya.

"Tahun 2018 saya bergabung dengan FSC, dan jual kopi ke Starbucks," kata Wina.

Varietas kopi yang ditanam di Farmer Support Centre, Sumatera Utara, Sabtu (20/4/2024). Kompas.com/ Suci Wulandari Putri Varietas kopi yang ditanam di Farmer Support Centre, Sumatera Utara, Sabtu (20/4/2024).

Ia menceritakan dirinya sempat mengalami kendala dalam proses menanam kopi, seperti daun kopi yang rontok dan banyak kutu-kutu jarum yang hinggap.

Menghadapi masalah tersebut, Wina mengatakan dirinya dibantu FSC melalui penyuluhan dan diberikan obat untuk membasmi kutu tanaman tersebut.

Baca juga:

"Jadi kami kerjakan apa yang diberi tau, ternyata buah kopi sudah kembali bagus," katanya.

Tantangan menghadapi perubahan iklim

Wina mengatakan perubahan iklim yang terjadi juga mempengaruhi kuantitas kopi yang dihasilkan dan penghasilan yang diperoleh.

"Cuaca belakangan memang tidak bisa diprediksi. Biasanya periode tertentu musim hujan, tapi ternyata kemarau panjang," katanya.

Bibit yang disediakan oleh Farmer Support Centre untuk petani lokal. Dokumentasi Farmer Support Centre Starbucks. Bibit yang disediakan oleh Farmer Support Centre untuk petani lokal.

Saat intensitas hujan sedang tinggi, lanjutnya, daun dan bunga kopi kerap rontok, Bahkan ada pula buah kopi yang rontok sebelum waktunya. 

Menangani situasi ini, kata Wina, salah satu solusi yang diberikan oleh FCS yaitu membuat lahan resapan melingkari pohon kopi. Sehingga daun-daun yang berguguran dimasukkan ke dalam galian tersebut.

Pembuatan lahan resapan dan memasukkan daun ke dalam lahan resapan tersebut memberikan efek positif terhadap pertumbuhan kopi. Hal ini Wina lihat dari bunga dan buah kopi yang semakin lebat.

Baca juga: Cerita Barista Indonesia Menang di Kompetisi Menyeduh Kopi Dunia

Sementara untuk antisipasi musim panas, Wina menanam lamtoro sebagai pohon pelindung. Sehingga pohon kopi tidak langsung terkena paparan matahari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com