KOMPAS.com – Gastronomi lebih dari sekadar kuliner atau makanan untuk mengisi perut.
Meskipun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gastronomi merupakan seni menyiapkan hidangan yang lezat, tapi gastronomi juga sering dihubungkan dengan seni, filosofi, sosial, budaya, dan antropologi suatu makanan.
Baca juga:
Dikutip dari buku "Gastronomi Molekuler" oleh F.G. Winarno dan Sergio Andino Ahnan Winarno (2017), gastronomi terdiri dari kata gastro dan nomi yang berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu gaster dan nomos.
Gaster berarti perut, sedangkan nomos berarti suatu hukum yang mengatur. Secara harfiah, gastronomi berarti seni atau hukum yang mengatur perut.
Gastronomi juga dapat diartikan sebagai kebiasaan makan dari suatu daerah yang berhubungan dengan budaya masyarakat setempatnya.
Maka dari itu, gastronomi lebih dari makanan biasa lantaran lebih menekankan pada aktivitas menikmati kuliner, serta mempelajari sejarah dan budaya setiap makanan.
Adapun menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO), wisata gastronomi merupakan perjalanan ke satu daerah yang berhubungan dengan makanan sebagai tujuan rekreasi.
Berangkat dari pengertian tersebut, gastronomi berbeda dengan wisata kuliner.
Sebab, wisata gastronomi lebih menekankan pada filosofi dan pengetahuan tentang sebuah makanan atau minuman, bukan hanya menikmati kelezatan dari makanan yang disantap.
Baca juga:
View this post on Instagram