Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Wisata Gastronomi di Indonesia, Lebih dari Sekadar Kulineran

KOMPAS.com – Gastronomi lebih dari sekadar kuliner atau makanan untuk mengisi perut.

Meskipun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gastronomi merupakan seni menyiapkan hidangan yang lezat, tapi gastronomi juga sering dihubungkan dengan seni, filosofi, sosial, budaya, dan antropologi suatu makanan.

  • Potensi Gastronomi Indonesia Dikenal Dunia, Rempah Jadi Kekuatan
  • Pusat Kajian Kuliner dan Gastronomi Indonesia Hadir di UGM

Berbagai pengertian gastronomi

Dikutip dari buku "Gastronomi Molekuler" oleh F.G. Winarno dan Sergio Andino Ahnan Winarno (2017), gastronomi terdiri dari kata gastro dan nomi yang berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu gaster dan nomos.

Gaster berarti perut, sedangkan nomos berarti suatu hukum yang mengatur. Secara harfiah, gastronomi berarti seni atau hukum yang mengatur perut.

Gastronomi juga dapat diartikan sebagai kebiasaan makan dari suatu daerah yang berhubungan dengan budaya masyarakat setempatnya.

Maka dari itu, gastronomi lebih dari makanan biasa lantaran lebih menekankan pada aktivitas menikmati kuliner, serta mempelajari sejarah dan budaya setiap makanan.

Adapun menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO), wisata gastronomi merupakan perjalanan ke satu daerah yang berhubungan dengan makanan sebagai tujuan rekreasi.

Berangkat dari pengertian tersebut, gastronomi berbeda dengan wisata kuliner.

Sebab, wisata gastronomi lebih menekankan pada filosofi dan pengetahuan tentang sebuah makanan atau minuman, bukan hanya menikmati kelezatan dari makanan yang disantap.

Indonesia punya potensi wisata gastronomi yang disebut tepat. Hidangan tradisional yang tersebar dari Sabang sampai Merauke memiliki cerita yang bisa dikulik dan dipelajari.

Contohnya adalah wilayah Salatiga di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Termasuk kota gastronomi di Indonesia, Salatiga punya kuliner legendaris bernama tumpang koyor.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Jumat (8/3/2024), "Serat Centhini" menuliskan bahwa tumpang koyor sudah ada sejak tahun 1814.

Tumpang koyor adalah sup tradisional yang terdiri dari tahu, tempe, atau hidangan berbasis kedelai yang dibumbui.

Selain memiliki beragam jenis wisata gastronomi, Indonesia juga terus mengupayakan perkembangan dunia gastronomi melalui pendidikan program studi seni kuliner di Politeknik Pariwisata.

Pada program studi seni kuliner, para mahasiswa belajar banyak hal tentang gastronomi, misalnya cara mengolah dan menata makanan dengan baik.

Dengan demikian, makanan yang dihidangkan memiliki nilai filosofis yang tinggi.

Selama perkuliahan mahasiswa juga mempelajari pemahaman lintas budaya, pengetahuan menu, pengetahuan tata hidang, serta seni dekorasi makanan.

Dengan adanya program studi seni kuliner ini diharapkan lahir talenta-talenta baru di bidang gastronomi yang tidak hanya mempelajari pengolahan dan penyajian makanan, melainkan budaya yang melahirkan makanan itu sendiri.

Tidak menutup kemungkinan, lulusan Poltekpar ini dapat memodifikasi makanan-makanan Indonesia dengan tampilan yang lebih menarik agar makin mudah dikenal di dunia.

https://www.kompas.com/food/read/2024/03/09/170808475/mengenal-wisata-gastronomi-di-indonesia-lebih-dari-sekadar-kulineran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke