KOMPAS.com - Indonesia mulai berupaya menerapkan strategi pengelolaan sampah makanan lewat kajian Food Loss and Waste (FLW) dalam Rangka Mendukung Penerapan Ekonomi Sirkular dan Pembangunan Rendah Karbon.
Kajian diinisiasi oleh Bappenas bekerja sama dengan Waste4Change, World Research Institute (WRI), didukung oleh UK-FCDO.
Hasil Kajian FLW yang diluncurkan pada Juni 2021 lalu ini juga dapat dijadikan pedoman bersama untuk mengurangi timbulan FLW di Indonesia.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2020 menyebutkan bahwa sampah makanan merupakan jenis sampah terbanyak yang timbul, yaitu 39,8 persen dari seluruh jenis sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia.
Baca juga:
Perencana Direktorat Lingkungan Hidup, Bappenas, Anggi Pertiwi Putri, mengatakan data ini menimbulkan ketimpangan dengan kondisi kekurangan pangan yang terjadi di masyarakat.
Padahal, sekitar 8,34 persen penduduk Indonesia masih mengalami kekurangan pangan.
Anggi juga menyebutkan Indonesia menempati peringkat ke-65 dari 113 negara, yang bahkan menempati posisi di bawah negara ASEAN lainnya berdasarkan data Global Food Security Index (GFSI).
"Oleh karena itu, integrasi pengelolaan Food Loss and Waste masuk menjadi prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 - 2024," jelas Anggi.
Ia menyebutkan khususnya pada poin nomor enam, Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim, khususnya untuk Pembangunan Rendah Karbon.
Consulting Manager dan Team Leader FLW Study dari Waste4Change, Anissa Ratna Putri, memaparkan, pada 2000-2019, timbulan Food Loss and Waste (FLW) Indonesia mencapai 115-184 kg/kapita/tahun, atau total timbulan sebanyak 23-48 juta ton/tahun.
“Dari sisi sektor dan jenis pangan, timbulan terbesar terjadi di tanaman pangan, kategori padi-padian sebanyak 44 persen," jelas Ratna.
Baca juga: Tips Kurangi Sampah Makanan, Olah Semua Bagian Bahan Makanan
Sementara sektor pangan paling tidak efisien, Ratna sebutkan adalah tanaman hortikultura, tepatnya di kategori sayur-sayuran, sebanyak 62.8 persen.
"Artinya lebih banyak sayur-sayuran yang terbuang daripada yang terkonsumsi,” papar Anissa.
Lebih jauh, Hasil Kajian FLW Bappenas bersama Waste4Change tersebut menjadi referensi dan rekomendasi untuk menyusun strategi pengelolaan FLW dan upaya mengurangi FLW di Indonesia.
Hasil kajian merekomendasikan 45 strategi yang dikelompokkan dalam 5 Arah Kebijakan Strategi Pengelolaan FLW di Indonesia.