Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Gaya Pembelajaran Mahasiswa UNY Saat Ikuti Program Kampus Mengajar

Kompas.com - 27/05/2021, 11:33 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak pengalaman diperoleh mahasiswa yang terlibat dalam Program Kampus Mengajar.

Program yang diinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) ini memberi kesempatan bagi para mahasiswa untuk mengajar di daerah 3T.

Salah satu mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Nur Awalia Ramadhani berkesempatan mengajar di SDN 7 Barangka Desa Lapolea, Kecamatan Barangka, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara.

Mahasiswa program studi Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik UNY ini berbagi cerita saat mengajar siswa di kelas 2.

Baca juga: Kemendikbud Ristek Anggarkan Rp 270 Miliar untuk Program Kampus Vokasi

Ubah teknik belajar

Menurutnya, ada salah satu siswa di kelas sangat pasif, belum bisa baca tulis. Ada juga siswa yang sangat aktif cenderung tidak bisa tenang.

"Apabila pelajaran sudah dikuasai, siswa ini sering mengganggu teman-temannya," kata Nur Awalia Ramadhani dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (26/5/2021).

Awalnya Nur Awalia menyusun materi pembelajaran mengikuti kemampuan mayoritas anak di kelas. Tetapi saat evaluasi, siswa yang pasif ini tidak ada perkembangan hasil belajar. Nur Awalia pun kemudian melakukan inovasi agar para siswa menikmati pembelajaran yang diberikannya.

Baca juga: Nadiem Makarim: Lulusan Vokasi Langsung Kerja dan Peroleh Upah Layak

1. Mengubah tempat duduk di kelas

Ia mengubah teknik mengajar hingga susunan bangku belajar pun juga diubah. Bangku yang awalnya berjejer kebelakang diubah menjadi letter U.

Karena susunan bangku seperti itu dapat meningkatkan keaktifan serta percaya diri siswa. Siswa yang awalnya duduk dibelakang jarang bertanya, sulit konsentrasi, sering bermain dan makan minum di kelas menjadi lebih aktif bertanya, perhatian mereka fokus pada pelajaran.

Mereka pun lebih mudah memahami penjelasan materi yang disampaikan. Yang awalnya diulangi hingga 3 sampai 4 kali, kini cukup mengulangi 2 kali mereka bisa paham.

Baca juga: Pakar Unair: Ini Bahaya dan Ciri Orang Terjebak Hubungan Gaslighting

2. Rutin 30 menit membaca

Nur Awalia juga mengatasi masalah siswa yang belum dapat membaca. Ia fokus meningkatkan kemampuan literasi siswa dengan cara setiap 30 menit pertama pembelajaran, siswa diminta membaca dengan buku bacaan yang dibawakan dari rumah.

3. Menulis kata yang tidak dipahami

Jika ada yang tidak dipahami, Nur Awalia meminta siswa menulis kata-kata tersebut. Selama mengajar di SDN 7 Barangka, Nur Awalia menemukan fakta mengejutkan karena selama ini siswa beranggapan bahwa kegiatan anggapan mereka adalah menyalin dengan memindahkan isi buku cetak ke buku tulis mereka.

Baca juga: Kemendikbud Ristek Anggarkan Rp 270 Miliar untuk Program Kampus Vokasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com