Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putus Sekolah Akibat Pandemi Covid-19 Naik 10 Kali Lipat, Ini Kata Kemendikbud

Kompas.com - 16/01/2022, 20:00 WIB
Artika Rachmi Farmita

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 membawa dampak besar pada banyak aspek kehidupan manusia, tak terkecuali dunia pendidikan.

Salah satu masalah yang muncul ialah meningkatnya angka putus sekolah.

Ini dikarenakan para anak didik mau tak mau turun membantu ekonomi keluarga selama pandemi.

Sekjen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Suharti menyebut angka ini tinggi, yakni 10 kali lipat.

"Sebagai contoh saja anak-anak yang putus sekolah untuk anak SD saja ini meningkat 10 kali lipat dibanding tahun 2019," tutur Suharti dalam webinar kesiapan pelaksanaan PTM terbatas yang diakses dari Youtube pada Senin, (3/1/2022).

Suharti menambahkan, banyak sekali tekanan dari orang tua khususnya tekanan ekonomi yang memaksa mereka untuk mengajak anaknya bekerja.

Baca juga: Kemendikbud Ristek: Ini 4 Rekomendasi Metode PJJ

Putus sekolah dan kesenjangan sosial

Suharti mengatakan, angka putus sekolah ini juga disebabkan oleh orang tua yang merasa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tidak efektif dan mengartikan jika PJJ sama dengan tidak sekolah.

"Orang tua yang merasa pembelajaran jarak jauh yang diikuti oleh anaknya tidak memberikan kemampuan bagi mereka, dan merasa sama saja anak-anak tidak sekolah, jadi mereka juga tidak menyekolahkan anaknya," terangnya.

Dampak lain, adanya kesenjangan pembelajaran meningkat selama terjadinya pandemi Covid-19 di Indonesia. Utamanya, antara peserta didik dari keluarga kaya dan keluarga miskin.

"Hasil studi menunjukkan kesenjangan pembelajaran antara anak-anak dari kelompok dari keluarga kaya dengan keluarga miskin ini juga semakin terjadi kesenjangan, meningkat 10 persen," tambahnya.

Kesenjangan itu terjadi karena adanya perbedaan dalam mengakses pembelajaran di tengah pandemi. Misalnya, anak dari keluarga kaya lebih optimal belajar dari rumah, karena memiliki fasilitas yang mendukung seperti laptop, modem, dan aplikasi lainnya.

Baca juga: Ratusan Kasus Omicron Terdeteksi, Wagub DKI Bolehkan Siswa Belajar dari Rumah

"Untuk mereka yang dari kelompok mampu, orang tuanya rata-rata berpendidikan, mampu untuk melakukan bimbingan pada anak mereka," tuturnya.

Sementara, anak dari keluarga tidak mampu, akan kesulitan mendapatkan fasilitas belajar daring. Orangtua dari keluarga yang kurang mampu juga dinilai memiliki keterbatasan dalam mendampingi anak belajar.

Kesenjangan ini, kata Suharti, juga mempengaruhi penurunan kemampuan siswa. Akibatnya terjadi learning loss yang sangat signifikan selama pandemi.

Penurunan kemampuan siswa yang terjadi selama periode kemarin mencapai sampai 0,8 sampai 1,3 tahun pembelajaran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com