Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Dianggap Memberatkan, Sejak Kapan Biaya Acara Pernikahan Mahal?

Kompas.com - 05/06/2022, 21:30 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Banyak orang di Indonesia menganggap biaya yang dibutuhkan untuk menggelar acara pernikahan, baik akad maupun resepsi, cukup mahal dan memberatkan.

Tak sedikit orang yang memilih menunda bahkan membatalkan pernikahannya dengan alasan tidak memiliki biaya untuk mengadakan pesta pernikahan.

Meski hal ini tidak berlaku bagi semua orang, namun pesta pernikahan yang mewah telah menjadi semacam budaya yang harus diikuti sebagian besar masyarakat Indonesia dengan berbagai alasannya masing-masing.

Sejak kapan biaya upacara pernikahan mahal?

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Senin (30/5/2022), tidak diketahui secara pasti sejak kapan biaya pernikahan menjadi mahal. Apalagi, upacara pernikahan di Indonesia seolah menjadi ajang lomba mengeluarkan uang paling banyak untuk menggelar pesta pernikahan.

Baca juga: Cara dan Biaya Membuat Kartu Nikah Digital untuk Pengantin Baru dan Lama

Hal itu disampaikan oleh Kepala Departemen Antropologi FISIP Universitas Indonesia, Dr Irwan Hidayana.

“Saya pikir sih sebenarnya agak sulit juga menjawab ini, karena apa? Tidak ada spesifik yang jelas mengenai ini (biaya upacara pernikahan yang mahal),” kata Irwan kepada Kompas.com, Selasa (24/5/2022).

Menurut Irwan, sebenarnya mungkin masih ada sedikit perbedaan perayaan pernikahan di desa dan kota.

"Untuk di desa, mungkin masih ada yang resepsi pernikahannya tidak mengharuskan diselenggarakan dengan biaya tinggi, tetapi tidak begitu di daerah perkotaan," ujar Irwan

Meski begitu, Irwan mengakui bahwa menggelar pesta pernikahan dengan banyak biaya bukan tidak mungkin ditemukan di daerah pedesaan.

Baca juga: Makna Pisang Raja Dibalik Hantaran dalam Pernikahan Jawa

Irwan menjelaskan, biaya tinggi untuk menggelar pernikahan mungkin terjadi sejak masyarakat Indonesia mengenal ekonomi pasar.

“Saya pikir mungkin ini terjadi (resepsi pernikahan mahal) ketika ekonomi pasar ya, ekonomi uang itu berkembang di masyarakat di seluruh dunia. Saya pikir itu yang mempengaruhi,” jelasnya.

Irwan melanjutkan, ekonomi pasar jelas berpengaruh besar terhadap upacara atau resepsi pernikahan banyak dinilai secara ekonomi dengan uang.

Sementara itu, berdasarkan budaya di Indonesia, Irwan menceritakan bahwa acara pernikahan menjadi ajang gotong royong antar tetangga di sekitarnya.

Para tetangga akan bergotong royong memberikan sumbangan atau bantuan berupa beras, lauk-pauk, bumbu-bumbu dapur untuk bisa dikonsumsi saat acara hajatan pernikahan dilakukan, menyumbang tenaga, hingga peralatan rumah tangga.

Baca juga: Syarat dan Prosedur Nikah Terbaru di KUA Tahun 2022, Lengkap dengan Biayanya

“Bentuknya (bantuan tetangga) ya tidak uang, tapi kemudian jadi beda ketika ada ekonomi pasar,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com