Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Menjawab Pertanyaan Kapan Menikah atau Kapan Punya Anak Menurut Psikolog

Kompas.com - 30/04/2022, 17:00 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Cara menjawab atau menyikapi pertanyaan kapan menikah, kapan punya anak, kapan lulus kuliah, kapan bekerja, dan sebagainya, perlu diketahui oleh banyak orang di Indonesia.

Pertanyaan tersebut biasanya dilontarkan saudara atau kerabat saat Lebaran atau momen acara berkumpul bersama keluarga lainnya.

Banyak orang merasa khawatir dengan pertanyaan semacam itu karena merasa dipojokkan bahkan menimbulkan perasaan cemas.

Tak jarang, orang yang menerima pertanyaan semacam itu akan menyikapinya dengan marah, sedih, atau menunjukkan sikap tersinggung kepada penanya.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Jumat (22/4/2022), berikut ini cara menjawab dan menyikapi pertanyaan kapan menikah, kapan punya anak, kapan lulus kuliah, kapan bekerja, dan sebagainya, menurut psikolog:

Baca juga: Makna Pisang Raja Dibalik Hantaran dalam Pernikahan Jawa

1. Penerimaan diri

Psikolog Klinis sekaligus Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla, M.Psi mengatakan, seseorang memiliki pilihan untuk menjawabnya dengan guyonan, atau berbagai cara lainnya.

Akan tetapi, Veronica menekankan, sebelum memikirkan jawaban dan cara menjawab semua pertanyaan itu, pastikan lakukan penerimaan terhadap diri sendiri terlebih dahulu.

“Sebelum memikirkan jawabannya, yang sebaiknya dilakukan adalah (bertanya kepada diri sendiri) apakah kita sudah berdamai dengan status-status tersebut. Misalnya, single, belum punya anak, dan sebagainya,” kata Veronica.

Veronica menjelaskan, saat seseorang belum menerima status dirinya, maka hal itulah yang biasanya memicu perasaan tersinggung ketika diberi pertanyaan terkait status.

Seseorang mungkin akan menjadi sedih berlarut-larut jika pertanyaan yang dilontarkan orang lain memang berat dan berkaitan dengan sesuatu yang belum diterima olehnya.

Baca juga: Calon Pengantin Wajib Periksa Kesehatan Tiga Bulan Sebelum Menikah

Bahkan pertanyaan soal status itu bisa menyinggung dan memicu kemarahan jika diri sendiri sedang stres dan frustasi dalam menghadapi dan menerimanya, atau belum menemukan jawaban mengenai yang harus dilakukan.

Pertanyaan soal status juga bisa menyinggung jika status tersebut sebenarnya yang sangat ingin diraih namun tak kunjung tercapai.

Oleh sebab itu, Veronica menyarankan, seseorang perlu melakukan refleksi diri untuk menghindari ketersinggungan atau perasaan negatif lainnya yang muncul akibat pertanyaan semacam itu.

Dia menambahkan, seseorang yang sedang khawatir mendapatkan pertanyaan yang berkaitan dengan status, perlu membuat jurnal untuk merumuskan pikiran dan perasaannya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com