Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Putus Sekolah Akibat Pandemi Covid-19 Naik 10 Kali Lipat, Ini Kata Kemendikbud

Salah satu masalah yang muncul ialah meningkatnya angka putus sekolah.

Ini dikarenakan para anak didik mau tak mau turun membantu ekonomi keluarga selama pandemi.

Sekjen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Suharti menyebut angka ini tinggi, yakni 10 kali lipat.

"Sebagai contoh saja anak-anak yang putus sekolah untuk anak SD saja ini meningkat 10 kali lipat dibanding tahun 2019," tutur Suharti dalam webinar kesiapan pelaksanaan PTM terbatas yang diakses dari Youtube pada Senin, (3/1/2022).

Suharti menambahkan, banyak sekali tekanan dari orang tua khususnya tekanan ekonomi yang memaksa mereka untuk mengajak anaknya bekerja.

Putus sekolah dan kesenjangan sosial

Suharti mengatakan, angka putus sekolah ini juga disebabkan oleh orang tua yang merasa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tidak efektif dan mengartikan jika PJJ sama dengan tidak sekolah.

"Orang tua yang merasa pembelajaran jarak jauh yang diikuti oleh anaknya tidak memberikan kemampuan bagi mereka, dan merasa sama saja anak-anak tidak sekolah, jadi mereka juga tidak menyekolahkan anaknya," terangnya.

Dampak lain, adanya kesenjangan pembelajaran meningkat selama terjadinya pandemi Covid-19 di Indonesia. Utamanya, antara peserta didik dari keluarga kaya dan keluarga miskin.

"Hasil studi menunjukkan kesenjangan pembelajaran antara anak-anak dari kelompok dari keluarga kaya dengan keluarga miskin ini juga semakin terjadi kesenjangan, meningkat 10 persen," tambahnya.

Kesenjangan itu terjadi karena adanya perbedaan dalam mengakses pembelajaran di tengah pandemi. Misalnya, anak dari keluarga kaya lebih optimal belajar dari rumah, karena memiliki fasilitas yang mendukung seperti laptop, modem, dan aplikasi lainnya.

"Untuk mereka yang dari kelompok mampu, orang tuanya rata-rata berpendidikan, mampu untuk melakukan bimbingan pada anak mereka," tuturnya.

Sementara, anak dari keluarga tidak mampu, akan kesulitan mendapatkan fasilitas belajar daring. Orangtua dari keluarga yang kurang mampu juga dinilai memiliki keterbatasan dalam mendampingi anak belajar.

Kesenjangan ini, kata Suharti, juga mempengaruhi penurunan kemampuan siswa. Akibatnya terjadi learning loss yang sangat signifikan selama pandemi.

Penurunan kemampuan siswa yang terjadi selama periode kemarin mencapai sampai 0,8 sampai 1,3 tahun pembelajaran.

"Ini sangat besar sekali dengan hanya pandemi yang belum juga dua tahun tetapi penurunannya bisa mencapai bahkan lebih dari satu tahun," pungkasnya.

Juga terjadi di pendidikan tinggi

Penurunan jumlah peserta didik ini tidak hanya terjadi di jenjang SD. Penurunan peserta didik juga terjadi hingga pada jenjang perguruan tinggi.

"Beberapa kepala lembaga perguruan tinggi di Indonesia ada yang menyampaikan kepada kami bahwa jumlah peserta didik untuk perguruan tinggi juga turun banyak sekali yang menjadi tidak aktif kuliah," ujarnya.

Kemendikbud Ristek terus mencari cara agar para pelajar maupun mahasiswa agar dapat kembali ke sekolah maupun ke perguruan tinggi.

Sebab, kata dia, banyak dampak yang ditimbulkan ketika anak tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar, bukan hanya learning loss.

Termasuk di dalamnya bertambahnya kekerasan dalam rumah, kemudian risiko pernikahan anak, eksploitasi anak yang meningkat cukup tinggi.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Sandra Desi Caesaria | Editor: Ayunda Pininta Kasih)

https://www.kompas.com/wiken/read/2022/01/16/200036281/putus-sekolah-akibat-pandemi-covid-19-naik-10-kali-lipat-ini-kata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke