Fase pertama adalah naiknya suhu tubuh yang diikuti fase gangguan pernafasan dan diakhiri oleh fase melemahnya kondisi hewan.
Meski begitu, berbagai fase gejala klinis tersebut tidak selamanya terjadi secara berurutan dan sangat tergantung pada lamanya penyakit.
Baca juga: Berikut Ciri-ciri Penyakit Mulut dan Kuku yang Menyerang Hewan Ternak
Penularan penyakit ngorok atau septicaemia epizootica biasanya dipengaruhi oleh stres, kepadatan hewan, manajemen pemeliharaan, dan musim.
Masa penularan bakteri penyebab penyakit ini terjadi ketika hewan mengalami "leleran" hidung pada fase demam awal.
Dengan kondisi lembab atau basah yang mendukung, bakteri yang keluar dari "leleran" hewan yang sudah terinfeksi bisa bertahan selama seminggu, sehingga memungkinkan penularan tak langsung ke hewan lainnya.
Apabila wabah penyakit pertama kali melanda wilayah baru, tingkat penyebaran akan sangat tinggi dan kematian dapat terjadi pada hewan di segala umur.
Meski bisa terjadi setiap saat, penyakit ini umumnya terjadi dan berkembang selama musim penghujan di mana hewan banyak mengalami stres.
Baca juga: Gejala Alaskapox, Virus Langka yang Catatkan Kematian Pertama di Dunia
Vaksinasi masih menjadi cara yang utama untuk melakukan pengendalian penyakit ngorok atau SE.
Karena sifat penyakit ini yang bisa akut atau bisa tidak menimbulkan gejala, pengendalian virus masih bergantung pada tindakan vaksinasi.
Biasanya, vaksin yang digunakan untuk penyakit ngorok ini adalah alum presipitat dengan dua kali penyuntikan per tahun.
Namun, peternak juga bisa menggunakan vaksin lain, berupa vaksin beradjuvan minyak yang selama ini digunakan sekali suntikan per tahun.
Baca juga: Jepang Catat Rekor Tertinggi Kasus Infeksi Bakteri Streptokokus yang Berbahaya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.