Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Kerbau di OKI Mati Terkena Penyakit Ngorok, Apa Itu?

Kompas.com - 18/04/2024, 15:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ratusan kerbau di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan mati karena terjangkit penyakit ngorok.

Dinas Perkebunan dan Peternakan (Dibunnak) Kabupaten OKI mencatat, sejauh ini sudah ada 431 ekor kerbau yang mati karena virus ini.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Disbunnak OKI Sadi Purwanto menyatakan, pihaknya telah menyiapkan 1.200 dosis vaksin untuk diberikan kepada peternak yang kerbaunya terkena penyakit ngorok.

"Pengobatan massal sudah dilakukan, sekarang sudah 450 ekor kerbau diberikan vaksin di Kecamatan Pampangan, Pangkalan Lampang, dan Air Sugihan," ucap Sadi.

Lantas, apa itu penyakit ngorok?

Baca juga: Gejala Antraks pada Sapi dan Prosedur Penguburan Ternak yang Mati

Mengenal penyakit ngorok

Penyakit ngorok atau septicaemia epizootica (SE) adalah salah satu penyakit hewan menular yang dapat mengganggu peningkatan populasi ternak serta bersifat akut dan fatal.

Dikutip dari studi di laman Kementerian Pertanian (Kementan), septicaemia epizootica merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri bernama Pasteurella multocida B:2, umumnya menyerang sapi dan kerbau.

Penyakit ini kebanyakan tersebar di negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Adapun kasus pertama di Indonesia ditemukan di Tangerang pada 1884.

Sejak saat itu, kasus ini telah dilaporkan setiap tahun terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan Selatan, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Tenggara

Pada tahun 1995, penyakit ngorok atau septicaemia epizootica digolongkan menjadi salah satu jenis Penyakit Hewan Menular Strategis di Indonesia.

Pemberantasan dan pengendalian penyakit ini kemudian berada di bawah tanggung jawab pemerintah pusat bersama pemerintah daerah.

Baca juga: Apa Itu LSD yang Menyerang 455 Hewan Ternak di Semarang Jelang Idul Adha?

Gejala penyakit ngorok

Umumnya, kasus penyakit ngorok ini dilaporkan sebagai kematian hewan dalam waktu yang singkat.

Gejalanya, hewan mengalami peningkatan suhu tubuh, oedema submandibular di daerah dada, dan suara mengorok atau keluarnya ingus dari hidung hewan yang terjangkit.

Selain itu, hewan akan lesu dan lemah yang kemudian berujung pada kematian. Diketahui, kerbau lebih sensitif terhadap penyakit ngorok ini dibandingkan dengan sapi.

Sehingga, durasi terjangkit virus hingga kematian pada kerbau lebih pendek dibandingkan sapi. Gejala akan timbul setelah masa inkubasi virus sekitar 2-5 hari dengan menunjukkan tiga fase klinis.

Fase pertama adalah naiknya suhu tubuh yang diikuti fase gangguan pernafasan dan diakhiri oleh fase melemahnya kondisi hewan.

Meski begitu, berbagai fase gejala klinis tersebut tidak selamanya terjadi secara berurutan dan sangat tergantung pada lamanya penyakit.

Baca juga: Berikut Ciri-ciri Penyakit Mulut dan Kuku yang Menyerang Hewan Ternak

Prajurit TNI Koramil 02/Rambah memperlihatkan kerbau yang mati akibat penyakit ngorok di Kabupaten Rokan Hulu, Riau, Rabu (2/11/2022).Dok. Koramil 02/Rambah Prajurit TNI Koramil 02/Rambah memperlihatkan kerbau yang mati akibat penyakit ngorok di Kabupaten Rokan Hulu, Riau, Rabu (2/11/2022).
Penularan penyakit ngorok

Penularan penyakit ngorok atau septicaemia epizootica biasanya dipengaruhi oleh stres, kepadatan hewan, manajemen pemeliharaan, dan musim.

Masa penularan bakteri penyebab penyakit ini terjadi ketika hewan mengalami "leleran" hidung pada fase demam awal.

Dengan kondisi lembab atau basah yang mendukung, bakteri yang keluar dari "leleran" hewan yang sudah terinfeksi bisa bertahan selama seminggu, sehingga memungkinkan penularan tak langsung ke hewan lainnya.

Apabila wabah penyakit pertama kali melanda wilayah baru, tingkat penyebaran akan sangat tinggi dan kematian dapat terjadi pada hewan di segala umur.

Meski bisa terjadi setiap saat, penyakit ini umumnya terjadi dan berkembang selama musim penghujan di mana hewan banyak mengalami stres.

Baca juga: Gejala Alaskapox, Virus Langka yang Catatkan Kematian Pertama di Dunia

Vaksinasi penyakit ngorok

Vaksinasi masih menjadi cara yang utama untuk melakukan pengendalian penyakit ngorok atau SE.

Karena sifat penyakit ini yang bisa akut atau bisa tidak menimbulkan gejala, pengendalian  virus masih bergantung pada tindakan vaksinasi.

Biasanya, vaksin yang digunakan untuk penyakit ngorok ini adalah alum presipitat dengan dua kali penyuntikan per tahun.

Namun, peternak juga bisa menggunakan vaksin lain, berupa vaksin beradjuvan minyak yang selama ini digunakan sekali suntikan per tahun.

Baca juga: Jepang Catat Rekor Tertinggi Kasus Infeksi Bakteri Streptokokus yang Berbahaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Harga dan Cara Beli Tiket Fanmeeting Byeon Wooseok di Jakarta

Harga dan Cara Beli Tiket Fanmeeting Byeon Wooseok di Jakarta

Tren
Soal Kasus Fat Cat di China, Polisi Sebut Mantan Pacar Tidak Bersalah

Soal Kasus Fat Cat di China, Polisi Sebut Mantan Pacar Tidak Bersalah

Tren
Meteor Biru Melintasi Langit Spanyol dan Portugal, Ini Penjelasan Badan Antariksa Eropa

Meteor Biru Melintasi Langit Spanyol dan Portugal, Ini Penjelasan Badan Antariksa Eropa

Tren
7 Orang Dekat SYL yang Disebut Dapat Duit dari Kementan

7 Orang Dekat SYL yang Disebut Dapat Duit dari Kementan

Tren
Penjelasan TNI AL soal Lettu Eko Disebut Akhiri Hidup karena Judi

Penjelasan TNI AL soal Lettu Eko Disebut Akhiri Hidup karena Judi

Tren
Ada 2 WNI, Ini Daftar Penumpang Singapore Airlines yang Alami Turbulensi

Ada 2 WNI, Ini Daftar Penumpang Singapore Airlines yang Alami Turbulensi

Tren
Angka Kematian akibat Kecelakaan di Swedia Terendah, Apa Rahasianya?

Angka Kematian akibat Kecelakaan di Swedia Terendah, Apa Rahasianya?

Tren
Viral, Video Balita Ketumpahan Minyak Panas di Yogyakarta, Ini Kronologinya

Viral, Video Balita Ketumpahan Minyak Panas di Yogyakarta, Ini Kronologinya

Tren
Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan Hari Ini, Begini Cara Ceknya

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan Hari Ini, Begini Cara Ceknya

Tren
Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal-usul Kehidupan di Bumi

Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal-usul Kehidupan di Bumi

Tren
3 Cara Melihat Aplikasi dan Situs yang Terhubung dengan Akun Google

3 Cara Melihat Aplikasi dan Situs yang Terhubung dengan Akun Google

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 22-23 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 22-23 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] ICC Ajukan Surat Penangkapan Pemimpin Israel dan Hamas | Mengintip Jasa 'Santo Suruh' yang Unik

[POPULER TREN] ICC Ajukan Surat Penangkapan Pemimpin Israel dan Hamas | Mengintip Jasa "Santo Suruh" yang Unik

Tren
Kronologi Singapore Airlines Alami Turbulensi, 1 Penumpang Meninggal

Kronologi Singapore Airlines Alami Turbulensi, 1 Penumpang Meninggal

Tren
Kronologi Makam Mahasiswi UMY Dibongkar Sehari Usai Dimakamkan

Kronologi Makam Mahasiswi UMY Dibongkar Sehari Usai Dimakamkan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com