Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Mudik, Sudah Ada sejak Zaman Majapahit, Populer Saat Lebaran

Kompas.com - 08/04/2024, 20:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lebaran dan mudik adalah dua kata yang tak bisa dilepaskan.

Hal itu karena pada momen Lebaran, biasanya perantau akan mudik ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga besar.

Dari hasil survei Kementerian Perhubungan RI diperkirakan ada sekitar 193,6 juta penduduk Indonesia akan mudik pada Lebaran 2024.

Jumlah tersebut mencapai sekitar 72 persen dari jumlah penduduk Indonesia, atau dengan kata lain, ada 7 dari 10 orang Indonesia akan mudik Lebaran tahun ini.

Dikutip dari Kompas.id, jika dibandingkan dengan Lebaran 2023, pemudik Lebaran kali ini meningkat sekitar 45 persen. Pada 2023 sekitar 123,8 juta orang melakukan perjalanan mudik.

Lalu, sejak kapan sejarah mudik ada di indonesia?

Baca juga: Link CCTV untuk Mengecek Pantauan Arus Mudik Lebaran 2024

Sejarah mudik di Indonesia

Mengenai sejarah mudik, dosen sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Silverio Raden Lilik Aji Sampurno mengatakan, mudik menurutnya sudah ada sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam.

Hal itu karena pada saat itu wilayah kekuasaan Majapahit terbentang hingga ke Sri Lanka dan Semenanjung Malaya.

Oleh karena itu, pihak kerajaan Majapahit menempatkan pejabatnya ke berbagai wilayah untuk menjaga daerah kekuasaannya.

Pada masa penugasan itu, pejabat tersebut akan balik ke pusat kerajaan untuk menghadap Raja dan mengunjungi kampung halamannya.

Hal ini yang menurut Silverio kemudian dikaitkan dengan fenomena mudik.

"Selain berawal dari Majapahit, mudik juga dilakukan oleh pejabat dari Mataram Islam yang berjaga di daerah kekuasaan. Terutama mereka balik menghadap Raja pada Idul Fitri," kata dia dikutip dari Kompas.com, (6/5/2018).

Stasiun KA Pasar Senen, menjadi stasiun paling sibuk untuk memberangkatkan KA ke arah timur. Sejak Kamis (10 Maret 1994), sekitar 4.000 dari 5.000 calon penumpang sudah diberangkatkan. Suasana di dalam kereta ekonomi pun panas dan penuh sesak. Mereka yang tidak kebagian tempat duduk, terpaksa duduk di bawah beralaskan koran dan bersandar pada tas atau barang bawaan yang mereka bawa.  KOMPAS/Moch S Hendrowijono Stasiun KA Pasar Senen, menjadi stasiun paling sibuk untuk memberangkatkan KA ke arah timur. Sejak Kamis (10 Maret 1994), sekitar 4.000 dari 5.000 calon penumpang sudah diberangkatkan. Suasana di dalam kereta ekonomi pun panas dan penuh sesak. Mereka yang tidak kebagian tempat duduk, terpaksa duduk di bawah beralaskan koran dan bersandar pada tas atau barang bawaan yang mereka bawa.

Istilah mudik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik memiliki arti sebagai berikut:

  • (Berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman).
  • Pulang ke kampung halaman (bahasa percakapan/lisan/pergaulan).

Menurut Silverio istilah mudik sendiri baru tren pada tahun 1970-an.

Mudik merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh perantau di berbagai daerah untuk kembali ke kampung halamannya.

"Mudik menurut orang Jawa itu kan dari kata ‘mulih disik’ yang bisa diartikan pulang dulu. Hanya sebentar untuk melihat keluarga setelah mereka menggelandang (merantau)," ujar Silverio.

Selain itu, masyarakat Betawi mengartikan mudik sebagai "kembali ke udik". Dalam bahasa Betawi, kampung itu berarti udik.

Saat orang Jawa hendak pulang ke kampung halaman, orang Betawi menyebut "mereka akan kembali ke udik".

Akhirnya, secara bahasa mengalami penyederhanaan kata dari "udik" menjadi "mudik".

Baca juga: 30 Ucapan Selamat Mudik Lebaran 2024, Dibagikan Jelang Pulang Kampung

Tradisi mudik dari Ibu Kota

Calon penumpang masuk ke dalam kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Senin (13/7/2015). PT KAI mempersiapkan sekitar 370 rangkaian kereta untuk mengakomodasi 96.000 pemudik tiap harinya selama arus mudik Lebaran Idul Fitri tahun ini.KOMPAS.com / RODERICK ADRIAN MOZES Calon penumpang masuk ke dalam kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Senin (13/7/2015). PT KAI mempersiapkan sekitar 370 rangkaian kereta untuk mengakomodasi 96.000 pemudik tiap harinya selama arus mudik Lebaran Idul Fitri tahun ini.

Tradisi mudik ke kampung jelang Lebaran sudah menjadi kultur penduduk Jakarta sejak 53 tahun lalu.

Dikutip dari Harian Kompas edisi 10 Desember 1969, dalam tulisan bertajuk “Tiap Mendjelang Hari2 Raya, Penduduk Djakarta Banjak Berkurang”.

Menurut Maman S Mahayana (2011), fenomena mudik yang dikaitkan dengan Lebaran mulai terjadi pada awal pertengahan dasawarsa 1970-an.

Jakarta tampil sebagai kota besar satu-satunya di Indonesia yang mengalami kemajuan luar biasa.

Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin (1966-1977) disulap menjadi sebuah kota metropolitan.

Bagi penduduk lain yang berdomisili di desa dan kota lain, Jakarta menjadi salah satu kota tujuan impian untuk mengubah nasib.

Mereka berbondong-bondong ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.

Mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan biasanya hanya mendapatkan libur panjang pada saat lebaran saja. Momentum ini dimanfaatkan untuk kembali ke kampung halaman.

Selamat mudik, selamat Lebaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com