Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rawan Gangguan Tulang, Ini 6 Kelompok yang Berpotensi Kekurangan Vitamin D

Kompas.com - 30/01/2024, 07:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

Hal itu karena seiring bertambahnya usia, kemampuan ginjal untuk mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya berkurang.

Meski begitu, remaja dan dewasa juga bisa mengalami kekurangan vitamin D jika mereka memiliki permasalahan pada ginjalnya.

5. Penderita penyakit pencernaan kronis

Sejumlah orang yang menderita penyakit tertentu, seperti penyakit Crohn, fibrosis kistik, dan penyakit celiac memiliki potensi tinggi kekurangan vitamin D.

Pasalnya, beberapa penyakit tersebut akan mempengaruhi kemampuan usus dalam tugasnya menyerap vitamin D dari makanan yang dikonsumsi.

6. Orang obesitas

Potensi tinggi kekurangan vitamin D juga dapat dialami oleh orang yang memiliki berat badan berlebihan atau obesitas.

Diketahui, vitamin D diekstraksi dari darah oleh sel-sel lemak, mengubah pelepasannya ke dalam sirkulasi.

Sehingga orang dengan indeks massa tubuh 30 atau lebih dari itu, akan memiliki kadar vitamin D dalam darah yang rendah.

Baca juga: Ada Vitamin K, Mengapa Tidak Ada Vitamin F, G, H, I, dan J?

Bahaya kekurangan vitamin D

Perlu diketahui, kekurangan vitamin D yang kronis dan atau parah dapat memicu sejumlah masalah kesehatan.

Kekurangan vitamin D dapat memengaruhi penyerapan kalsium oleh usus yang menyebabkan hipokalsemia dan hipofosfatemia.

Hipokalsemia adalah kondisi ketika kadar kalsium rendah dalam darah. Sementara hipofosfatemia saat kadar fosfat dalam darah terlalu rendah.

Hipokalsemia tersebut akan mengakibatkan terjadinya hiperparatiroidisme sekunder atau kelenjar paratiroid terlalu aktif berusaha menjaga kadar kalsium darah tetap normal.

Kedua masalah tersebut, jika parah, dapat menimbulkan sejumlah gejala, seperti merasa lemah, kelelahan, kram otot, bahkan depresi.

Hiperparatiroidisme sekunder itu kemudian akan mengambil kalsium dari tulang, yang menyebabkan percepatan demineralisasi tulang atau kondisi ketika tulang rusak lebih cepat.

Hal itu kemudian membuat seseorang menderita osteomalacia (tulang lunak) pada usia dewasa dan rakhitis pada anak-anak, yang meningkatkan risiko patah tulang.

Terlebih pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, demineralisasi akan membuat tulang menjadi bengkok.

Baca juga: Apa yang Terjadi jika Mengonsumsi Vitamin D Setiap Hari?

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com