Menurutnya, konsep Isi Piringku menggambarkan porsi sekali makan yang terdiri dari 50 persen buah dan sayuran serta 50 persen, sisanya makanan pokok dan lauk-pauk.
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, Isi Piringku mengharuskan suatu makanan memenuhi:
Baca juga: Manfaat Konsumsi Nasi Beku, Benarkah Cocok untuk Penderita Diabetes?
Menurut Tan, mi terbuat dari tepung atau karbohidrat rafinasi yang bukan merupakan bahan pangan utuh.
Berbeda dengan karbohidrat kompleks, makanan jenis ini lebih mudah dicerna tubuh menjadi gula, sehingga kadar glukosa darah lebih cepat naik.
Saat gula darah naik, tubuh akan segera bereaksi dengan "memerintahkan" pankreas untuk melepaskan insulin, yang membuat kadarnya cepat turun.
Kondisi tersebut, lanjut Tan, dapat menyebabkan kegemukan karena lonjakan kadar gula berlebihan.
Baca juga: 5 Efek Samping Sarapan Mi Instan, Waspadai Sakit Kepala dan Mual
Tan mengungkapkan, hanya mengonsumsi karbo tanpa adanya sumber protein dan serat dari bahan pangan lain, justru akan meningkatkan rasa lapar.
"Mudah lapar dan mudah sakit. Ya karena tidak ada serat, protein dan lemak jadi dipecah, gula darah naik kecepatan. Gula yoyo (naik turun)," tuturnya.
Bukan hanya itu, meski tidak terjadi dalam jangka pendek, konsumsi dua sumber karbo secara bersamaan juga dapat memicu diabetes.
Tan menambahkan, terlalu sering makan kombinasi nasi dan mi pun secara tidak langsung meningkatkan risiko penyakit jantung.
"Masalah jantung bukan penyakit dadakan yang disebabkan pola makan saat itu juga. Tapi orang-orang yang makan nasi dan mi bisa saja masih belum paham soal gizi seimbang," kata dia.
Jika kebiasaan tak mengikuti asupan gizi seimbang terus berlanjut, menurutnya, akan membawa efek samping yang dapat merambat ke mana-mana.
"Diawali dengan gula darah yoyo, sindrom metabolik atau kegemukan, dan ujung-ujungnya masalah jantung dan pembuluh darah," ungkap Tan.
"Dan sekali lagi, kebiasaan. Orang yang doyan makan mi punya kebiasaan juga makan produk jadi lainnya. Bihun, kwetiau, aneka jenis mi lain," tandasnya.
Baca juga: Ramai soal Sindrom Nasi Goreng, Apa Itu?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.