Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Bisa Meninggal Saat Tidur, Ini Penjelasannya Menurut Sains

Kompas.com - 08/01/2024, 12:00 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada beberpa penyebab yang menjelaskan mengapa seseorang bisa meninggal saat tidur.

Pada umumnya, kematian saat tidur terjadi karena faktor tiga organ terpenting yang ada di tubuh.

Konsultan pengobatan pernapasan di Nottingham University Hospitals NHS Trust, Milind Sovani mengungkapkan penyebabnya.

Kematian saat tidur biasanya berhubungan dengan jantung, paru-paru, atau otak,” jelas Sovani, dilansir dari Newsweek.

Saat seseorang tertidur, tubuh cenderung tidak bisa merespons sinyal yang mungkin mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang salah dengan organ-organ ini.

Lalu, apa yang terjadi pada ketiga organ ini hingga menyebabkan seseorang meninggal saat tidur?

Baca juga: Kisah Went, Wanita yang Terbangun dari Tidur dengan Aksen Asing, Apa yang Terjadi?


Baca juga: Tidak Perlu Obat Tidur, Berikut 5 Teh Herbal yang Bisa Mengatasi Insomnia

Faktor yang menyebabkan orang meninggal saat tidur

1. Serangan jantung mendadak

Organ jantung menjadi bagian faktor terbanyak penyebab kasus kematian saat sedang tidur. 

Dikutip dari IFL Science, Direktur Medis Pusat Irama Jantung Cedars-Sinai, Sumeet Chugh mengatakan, serangan jantung mendadak atau Sudden Cardiac Death (SCA) bertanggung jawab atas 90 persen kematian mendadak.

Kasus kematian tidak terduga saat tidur juga dikenal sebagai kematian malam hari.

Seseorang yang berisiko lebih tinggi terkena SCA termasuk penderita penyakt arteri koroner, pembesaran jantung, atau detak jantung tidak teratur.

SCA terjadi ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak, yang nantinya akan menghentikan aliran darah ke organ-organ utama dan dapat mengakibatkan kematian mendadak apabila tidak segera ditangani.

Dari semua kematian akibat SCA, 22 persen terjadi antara pukul 22.00 dan 06.00, dan perempuan lebih mungkin terkena dampaknya pada waktu tersebut.

Baca juga: 6 Masalah Kesehatan akibat Tidur Terlalu Lama, Apa Saja?

2. Sleep apnea

Apnea tidur obstruktif atau Obstructive Sleep Apnea (OSA) menjadi salah satu faktor penyebab kematian saat tidur

Orang dengan OSA mempunyai kemungkinan 2,5 kali lebih mungkin mengalami kematian jantung mendadak antara jam 12 pagi dan 6 pagi dibandingkan mereka yang tidak menderita penyakit tersebut.

OSA akan membuat penyempitan otot-otot di saluran napas dan menghentikan pernapasan seseorang untuk sementara.

Kondisi ini menyebabkan kekurangan oksigen dan akhirnya meningkatkan detak jantung dan tekanan darah.

Baca juga: Benarkah Menghayal Sebelum Tidur Baik untuk Kesehatan?

3. Epilepsi dan stroke

Epilepsi merupakan suatu kondisi umum yang mempengaruhi otak, di mana orang mengalami kejang berulang.

Bagi orang-orang yang kejangnya tidak dapat dikontrol sepenuhnya dengan pengobatan, kematian dapat mengancam penderitanya.

Kondisi ini disebut sebagai kematian mendadak akibat epilepsi atau sudden unexpected death in epilepsy (SUDEP).

Meskipun alasan di balik SUDEP tidak sepenuhnya jelas, hal ini sering terjadi pada malam hari.

Selain itu, sekitar 25 penyakit stroke terjadi saat tidur dan risiko kematiannya meningkat saat penderitanya juga memiliki kondisi kesehatan lain, seperti OSA.

Kematian saat tidur akibat stroke terjadi ketika pembuluh darah yang menggumpal atau pecah dan membuat darah tidak dapat sampai ke otak.

Tanpa pasokan oksigen, sel-sel otak akan mati, dan bagian-bagian tubuh yang mempengaruhi daerah kendali otak tidak dapat lagi berfungsi dengan baik, yang akhirnya berakibat pada kematian.

Baca juga: Bangun Tidur Siang Justru Terasa Pusing atau “Badmood”, Ini Penjelasan Dokter

4. Diabetes tipe 1

Diabetes bisa menjadi penyebab penyakit lain, seperti penyakit jantung, yang membuat penderitanya berisiko mengalami kematian di malam hari.

Kenaikan kadar gula darah di malam hari dapat mengakibatkan kematian yang tidak terduga, dilansir dari Verywell Health.

Meskipun penderitanya sudah menjaga kadar gula darah di siang hari, namun kondisi gula darah naik di malam hari sulit dihindari.

Hal ini terjadi karena pasien tidak dapat memantau glukosa darah saat tidur. Kadar gula darah yang turun terlalu rendah saat malam hari meningkatkan risiko kejang dan kematian.

Fenomena yang dikenal sebagai sindrom kematian di tempat tidur atau dead in bed syndrome.

Baca juga: Bolehkah Minum Obat Sakit Kepala agar Tidur Nyenyak? Ini Kata Ahli UGM

 
 
KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 11 Tanda Penyakit Jantung yang Sering Diabaikan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Tren
Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Tren
Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com