"Tapi ini akan mempersulit penjualan asuransi. Anda tidak dapat menjalankan asuransi terhadap risiko jika semua orang tahu persis apa risikonya," kata dia.
Namun, Caplan yang tidak terlibat dalam penelitian ini mencatat, life2vec tidak memprediksi pada usia berapa seseorang akan meninggal atau bagaimana caranya.
Sebagai contoh, suatu algoritma tidak dapat memprediksi apakah seseorang akan terbunuh dalam kecelakaan mobil.
Kendati demikian, dia memperkirakan model prediksi yang lebih maju akan muncul dalam waktu lima tahun mendatang.
"Kami akan memiliki yang lebih baik dengan database yang lebih besar yang akan memberikan saran tentang apa yang harus dilakukan untuk memperpanjang hidup," ujarnya.
Penggunaan kecerdasan buatan untuk memprediksi kapan seseorang akan meninggal dunia menghilangkan satu aspek yang membuat hidup tetap menarik, yakni misteri.
"Kami khawatir robot akan mengambil alih dunia dan memutuskan bahwa mereka tidak membutuhkan kita," terangnya.
"Yang perlu kita khawatirkan adalah robot yang memanipulasi informasi dan mampu memprediksi banyak hal tentang perilaku, sehingga kita akhirnya memiliki kehidupan yang sangat mudah diprediksi dan menghilangkan sebagian nilai dari kehidupan," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.