Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi Baru: AI Bisa Prediksi Kematian tetapi Musnahkan Misteri yang Buat Hidup Lebih Menarik

KOMPAS.com - Sebuah sistem kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) baru dapat memprediksi kehidupan individu, termasuk memperkirakan kematian dengan akurat.

Penemuan ini bermula dari penelitian oleh para ilmuwan dari Technical University of Denmark (DTU) terhadap lebih dari satu juta orang di Denmark.

Penelitian merinci bagaimana model algoritma pembelajaran mesin yang disebut "life2vec" memprediksi kehidupan dan tindakan seseorang saat disajikan dengan data yang sangat spesifik tentang mereka.

Studi ini sendiri telah diterbitkan dalam jurnal Nature Computational Science pada 18 Desember 2023 lalu.

Penulis utama dan profesor di DTU, Sune Lehmann mengatakan, model AI yang tengah dikembangkan dapat membuat prediksi apa pun dengan data spesifik tersebut.

Namun, para peneliti mencatat, hal ini termasuk prototipe atau model contoh penelitian, serta tidak dapat melakukan "tugas dunia nyata" apa pun untuk saat ini.

Membaca kematian dari data yang diberikan

Dilansir dari CNN, Jumat (22/12/2023), Lehmann dan rekannya menggunakan data nasional Denmark dari 6 juta orang yang terdiri dari beragam kelompok.

Data tersebut mencakup informasi dari 2008 hingga 2020 terkait aspek-aspek utama kehidupan, seperti pendidikan, kesehatan, pendapatan, dan pekerjaan.

Para peneliti mengambil data sekelompok orang yang berusia 35-65 tahun, dengan setengah dari mereka meninggal antara 2016 dan 2020.

Mereka kemudian meminta sistem AI untuk memprediksi siapa yang hidup dan siapa yang sudah meninggal dunia.

Mengadaptasi teknik pemrosesan bahasa dan menghasilkan kosakata untuk peristiwa kehidupan, life2vec dapat menafsirkan kalimat berdasarkan data, seperti:

  • "Pada September 2012, Francisco menerima dua puluh ribu kroner Denmark sebagai penjaga di sebuah kastil di Kota Elsinore."
  • "Selama periode ketiganya di sekolah asrama menengah, Hermione mengikuti lima kelas pilihan."

Hasilnya, prediksi AI life2vec menunjukkan 78 persen benar menebak aspek kehidupan individu berdasarkan data.

Selain itu, Life2vec juga 11 persen lebih akurat memprediksi kematian dibandingkan model AI lain maupun metode yang digunakan oleh perusahaan asuransi jiwa untuk menentukan harga polis.

"Yang menarik adalah melihat kehidupan manusia sebagai rangkaian peristiwa yang panjang, serupa dengan kalimat dalam suatu bahasa yang terdiri dari serangkaian kata," kata Lehmann, dikutip dari Independent, Kamis (21/12/2023).

Menurutnya, prediksi ini biasanya merupakan jenis tugas yang menggunakan model transformator dalam AI.

"Namun, dalam eksperimen kami, kami menggunakannya untuk menganalisis apa yang kami sebut rangkaian kehidupan, yaitu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia," lanjutnya.

Dengan menggunakan model tersebut, para peneliti mencari jawaban atas pertanyaan umum, termasuk kemungkinan seseorang meninggal dalam waktu empat tahun.

Para peneliti menemukan bahwa respons model tersebut konsisten dengan hasil temuan yang ada.

Misalnya, individu yang berada dalam posisi pemimpin atau berpenghasilan tinggi lebih mungkin untuk bertahan hidup.

Sebaliknya, mereka yang berjenis kelamin laki-laki, berketerampilan, atau memiliki diagnosis mental, dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi.

"Kami menggunakan model ini untuk menjawab pertanyaan mendasar, sejauh mana kami dapat memprediksi kejadian di masa depan berdasarkan kondisi dan kejadian di masa lalu?" tutur Lehmann.

"Secara ilmiah, yang menarik bagi kami bukanlah prediksi itu sendiri, namun aspek data yang memungkinkan model memberikan jawaban yang tepat," tambahnya.

Model ini secara akurat juga dapat memprediksi hasil tes kepribadian pada suatu populasi,  lebih baik daripada sistem AI yang ada saat ini.

"Kerangka kerja kami memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi mekanisme potensial baru yang berdampak pada hasil kehidupan dan kemungkinan terkait untuk intervensi yang dipersonalisasi," tulis para peneliti dalam studi.

Menghilangkan aspek misteri kehidupan

Para ilmuwan memperingatkan, model dan sistem AI yang tengah dikembangkan ini tidak boleh digunakan oleh perusahaan asuransi jiwa karena alasan etika.

"Karena keseluruhan data asuransi adalah berbagi kurangnya pengetahuan tentang siapa yang akan menjadi orang yang tidak beruntung yang terkena suatu insiden atau kematian," ungkap Lehmann.

Para peneliti juga memperingatkan adanya masalah etika lain terkait penggunaan life2vec, seperti perlindungan data sensitif, privasi, serta peran bias dalam data.

"Kami menekankan, pekerjaan kami adalah eksplorasi terhadap apa yang mungkin dilakukan, namun hanya boleh digunakan dalam penerapan dunia nyata berdasarkan peraturan yang melindungi hak-hak individu," tutur peneliti.

Terpisah, Kepala Divisi Etika Medis di Grossman School of Medicine, New York University, Arthur Caplan, mengungkapkan persetujuan bahwa perusahaan asuransi akan bersemangat menjadi konsumen model AI seperti life2vec.

"Tapi ini akan mempersulit penjualan asuransi. Anda tidak dapat menjalankan asuransi terhadap risiko jika semua orang tahu persis apa risikonya," kata dia.

Namun, Caplan yang tidak terlibat dalam penelitian ini mencatat, life2vec tidak memprediksi pada usia berapa seseorang akan meninggal atau bagaimana caranya.

Sebagai contoh, suatu algoritma tidak dapat memprediksi apakah seseorang akan terbunuh dalam kecelakaan mobil.

Kendati demikian, dia memperkirakan model prediksi yang lebih maju akan muncul dalam waktu lima tahun mendatang.

"Kami akan memiliki yang lebih baik dengan database yang lebih besar yang akan memberikan saran tentang apa yang harus dilakukan untuk memperpanjang hidup," ujarnya.

Penggunaan kecerdasan buatan untuk memprediksi kapan seseorang akan meninggal dunia menghilangkan satu aspek yang membuat hidup tetap menarik, yakni misteri.

"Kami khawatir robot akan mengambil alih dunia dan memutuskan bahwa mereka tidak membutuhkan kita," terangnya.

"Yang perlu kita khawatirkan adalah robot yang memanipulasi informasi dan mampu memprediksi banyak hal tentang perilaku, sehingga kita akhirnya memiliki kehidupan yang sangat mudah diprediksi dan menghilangkan sebagian nilai dari kehidupan," tandasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/12/27/130000065/studi-baru--ai-bisa-prediksi-kematian-tetapi-musnahkan-misteri-yang-buat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke