Namun, dampak itu tidak berkaitan dengan aktivitas Gunung Fuji, melainkan dengan potensi gelombang tsunami.
Dikutip dari NHK World Japan, Badan Meteorologi Jepang mengatakan, letusan Gunung Marapi yang menghasilkan asap vulkanik dengan ketinggian sekitar 15.000 meter itu dapat memicu tekanan air laut sehingga menimbulkan tsunami.
Hasil penyelidikan menunjukkan, letusan Gunung Marapi tidak berdampak pada gelombang tsunami di Jepang.
Baca juga: Kata Media Asing soal Letusan Gunung Marapi: Waspada Tsunami di Jepang dan Bahaya Pendakian
Diberitakan sebelumnya, Gunung Marapi dilaporkan meletus pada Minggu (3/12/2023) pukul 14.54 WIB tanpa didahului oleh aktivitas vulkanik.
Hingga Selasa (5/12/2023) pagi, gunung setinggi 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu masih mengalami letusan.
"Laporan 05/12/2023 sampai pukul 06.49 WIB, ada 5 letusan 63 embusan," tulis PVMBG sebagaimana keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Selasa.
Baca juga: Penyebab Gunung Marapi Meletus Tiba-tiba Tanpa Didahului Aktivitas Vulkanik, Ini Penjelasan PVMBG
Sehari sebelumnya, Gunung Marapi terpantau mengeluarkan asap kawah bertekanan sedang dan berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal dan tinggi 400-800 meter di atas puncak kawah.
Letusan teramati terjadi sebanyak 10 kali dengan tinggi 400-800 meter selama 28-72 detik.
Adapun status Gunung Marapi berada di Level II (Waspada).
Masyarakat disekitar Gunung Api Marapi dan pengunjung atau wisatawan dilarang mendaki Gunung Marapi pada radius 3 kilometer (km) dari kawah/puncak.
Baca juga: Update Letusan Gunung Marapi di Sumbar: Status Waspada, Warga Dilarang Mendekati Puncak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.