KOMPAS.com - Media sosial TikTok ramai membahas soal letusan Gunung Marapi di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat yang disebut bisa memicu aktivitas Gunung Fuji yang berlokasi di Jepang.
"Gunung Marapi di Sumatera Barat erupsi besar-besaran, Fuji San Jepang jangan sampai tahu," tulis video berdurasi 47 detik itu.
Warganet menyebut, Gunung Marapi dan Gunung Fuji termasuk dalam ring of fire atau cincin api Pasifik yang menyebabkan wilayah Indonesia rawan dilanda bencana gempa bumi dan gunung meletus.
"Karena mereka ini (Gunung Marapi dan Gunung Fuji) sebenarnya ada jalurnya sendiri atau bisa disebut ring of fire. Jadi ketika Marapi melutus otomatis semuanya bangun," tulis seorang warganet dalam komentar unggahan tersebut.
Sebagai informasi, ring of fire merupakan rangkaian gunung berapi sepanjang 40.000 km dan situs aktif seismik yang membentang di Samudra Pasifik.
Sabuk ring of fire ini mengikuti rantai busur pulau seperti Tonga dan News Hebrides, Indonesia, Filipina, Jepang, Kepulauan Kuril, dan Aleutians, serta busur lainnya.
Adapun Gunung Fuji merupakan gunung api tertinggi di Jepang yang masih aktif. Gunung tersebut terakhir kali meletus pada 1707-1708.
Lantas, benarkah letusan Gunung Marapi memicu aktivitas Gunung Fuji?
Penjelasan PVMBG
Koordinator Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Ahmad Basuki membenarkan bahwa Gunung Marapi dan Gunung Fuji berada dalam satu ring of fire.
"Memang keduanya berada dalam satu ring of fire," ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (5/12/2023).
Namun, Ahmad memastikan bahwa letusan Gunung Marapi tidak memengaruhi aktivitas Gunung Fuji, Jepang.
"(Aktivitas vulkanik keduanya) tidak saling memengaruhi karena masing-masing memiliki sifat magma dan kedalaman kantung magma yang berbeda," terangnya.
Terpisah, Kepala Tim Kerja Gerakan Tanah di PVMBG, Oktory Prambada menyampaikan bahwa ring of fire merupakan jalur subduksi yang berkaitan dengan pembentukan gunung api di dunia.
"Ring of fire itu jalur subduksi yang berasosiasi dengan pembentukan gunung api. Gunung api ini mempunyai dapur magmanya sendiri dan tidak saling berhubungan," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (5/12/2023).
Sebelumnya, Pemerintah Jepang melalui Badan Meteorologi Jepang ikut menyelidiki dampak letusan Gunung Marapi terhadap negaranya.
Namun, dampak itu tidak berkaitan dengan aktivitas Gunung Fuji, melainkan dengan potensi gelombang tsunami.
Dikutip dari NHK World Japan, Badan Meteorologi Jepang mengatakan, letusan Gunung Marapi yang menghasilkan asap vulkanik dengan ketinggian sekitar 15.000 meter itu dapat memicu tekanan air laut sehingga menimbulkan tsunami.
Hasil penyelidikan menunjukkan, letusan Gunung Marapi tidak berdampak pada gelombang tsunami di Jepang.
Diberitakan sebelumnya, Gunung Marapi dilaporkan meletus pada Minggu (3/12/2023) pukul 14.54 WIB tanpa didahului oleh aktivitas vulkanik.
Hingga Selasa (5/12/2023) pagi, gunung setinggi 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu masih mengalami letusan.
"Laporan 05/12/2023 sampai pukul 06.49 WIB, ada 5 letusan 63 embusan," tulis PVMBG sebagaimana keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Selasa.
Sehari sebelumnya, Gunung Marapi terpantau mengeluarkan asap kawah bertekanan sedang dan berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal dan tinggi 400-800 meter di atas puncak kawah.
Letusan teramati terjadi sebanyak 10 kali dengan tinggi 400-800 meter selama 28-72 detik.
Adapun status Gunung Marapi berada di Level II (Waspada).
Masyarakat disekitar Gunung Api Marapi dan pengunjung atau wisatawan dilarang mendaki Gunung Marapi pada radius 3 kilometer (km) dari kawah/puncak.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/12/05/110000365/letusan-gunung-marapi-disebut-bisa-picu-aktivitas-gunung-fuji-di-jepang-ini