Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi Ketika Terlalu Banyak Mengonsumsi Gula?

Kompas.com - 23/10/2023, 11:00 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

3. Menyebabkan jerawat

Pola makan tinggi karbohidrat olahan, termasuk makanan dan minuman manis, telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena jerawat.

Hal ini lantaran, makanan dengan indeks glikemik tinggi, seperti makanan manis olahan, meningkatkan gula darah lebih cepat dibandingkan makanan dengan indeks glikemik lebih rendah.

Mengonsumsi makanan manis dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah dan insulin, yang menyebabkan peningkatan sekresi androgen, produksi minyak, dan peradangan yang semuanya berperan dalam perkembangan jerawat.

Selain itu, bukti juga menunjukkan bahwa pola makan rendah glisemik berhubungan dengan penurunan risiko jerawat, sedangkan pola makan tinggi glisemik berhubungan dengan risiko jerawat lebih tinggi.

4. Meningkatkan risiko diabetes tipe 2

Konsumsi gula yang berlebihan secara historis dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes.

Mengonsumsi gula dalam jumlah besar secara tidak langsung dapat meningkatkan risiko diabetes dengan berkontribusi terhadap penambahan berat badan dan peningkatan lemak tubuh, yang keduanya merupakan risiko terkena diabetes.

Obesitas yang sering kali disebabkan oleh konsumsi gula berlebihan dianggap sebagai faktor risiko terkuat terjadinya diabetes.

Terlebih lagi, konsumsi gula tinggi dalam jangka waktu lama mendorong resistensi terhadap insulin, hormon yang diproduksi oleh pankreas yang mengatur kadar gula darah.

Resistensi insulin menyebabkan kadar gula darah meningkat dan sangat meningkatkan risiko diabetes. Selain itu, penelitian menemukan bahwa orang yang minum minuman manis lebih mungkin terkena diabetes.

Baca juga: 5 Bahan yang Sebaiknya Tidak Ditambahkan ke Dalam Kopi Penderita Diabetes

5. Meningkatkan risiko depresi

Memahami bedanya depresi dan baby blues sangat penting karena keduanya berbeda.Arsenii Palivoda Memahami bedanya depresi dan baby blues sangat penting karena keduanya berbeda.

Pola makan tinggi gula dan makanan olahan dapat berkontribusi terhadap perubahan suasana hati dan emosi. Bahkan, kebiasaan ini mungkin meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi.

Konsumsi gula yang tinggi telah dikaitkan dengan gangguan kognitif, masalah memori, dan gangguan emosional seperti kecemasan dan depresi.

Para peneliti percaya bahwa peradangan sistemik kronis, resistensi insulin, dan gangguan sistem sinyal dopaminergik dapat disebabkan oleh peningkatan konsumsi gula dan berkontribusi terhadap dampak buruk gula terhadap kesehatan mental.

Sebuah penelitian yang melibatkan 8.000 orang menunjukkan bahwa pria yang mengonsumsi 67 gram atau lebih gula per hari memiliki kemungkinan 23 persen lebih besar terkena depresi dibandingkan pria yang makan kurang dari 40 gram per hari.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com