KOMPAS.com - Salah satu tokoh Pahlawan Nasional Indonesia, Sutan Sjahrir belakangan beberapa kali disebut-sebut oleh tokoh publik.
Namanya dikaitkan dengan tokoh pemimpin yang berusia di bawah 40 tahun. Saat itu Sutan Sjahrir berhasil menduduki jabatan sebagai perdana menteri pada usia 36.
Nama Sutan Sjahrir pertama kali disebut dalam sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) oleh Hakim MK Guntur Hamzah, Senin (16/10/2023).
Tak hanya itu, tokoh Sutan Sjahrir kembali disebut dalam pidato Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto saat mengusung Gibran Rakabuming Raka, wali kota Solo sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres) Prabowo Subianto.
"Kenapa Partai Golkar berpikir anak muda? Kita punya sejarah, contohnya Sutan Sjahrir menjadi PM pertama sejak Indonesia diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta. Umur Sutan Sjahrir 36 tahun. Dan Sutan Sjahrir adalah Kepala Eksekutif atau kepala pemerintahan," kata Airlangga, dilansir dari Kompas.com, Sabtu (21/10/2023).
Baca juga: Melihat Manuver Politik Gibran Jelang Pemilu 2024...
Lantas, siapa sosok Sutan Sjahrir?
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Kudeta Pertama di Indonesia Saat Sutan Sjahrir Jadi Perdana Menteri
Sutan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada 5 Maret 1909.
Dia merupakan putra dari pasangan Mohammad Rasad dan Puti Siti Rabiah. Mereka merupakan keluarga terpandang di Sumatera. Ayahnya merupakan penasihat Sultan Deli dan kepala jaksa di Medan.
Dilansir dari Kompas.com (2021), Syahrir menyelesaikan pendidikannya di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau Sekolah Menengah Pertama pada zaman kolonial Belanda.
Dia kemudian melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan atas (AMS) di Bandung, sekolah termahal di Hindia Belanda.
Baca juga: Spesifikasi dan Kecanggihan KRI Bung Tomo-357, Kapal Perang TNI AL
Di masa sekolah itu, Syahrir mendirikan sekolah Tjahja Volksuniversiteit atau Cahaya Universitas Rakyat dari uang hasil pementasannya sebagai anggota Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis).
Dia juga menghabiskan waktunya untuk membaca buku-buku terbitan Eropa.
Pada 1929, Sjahrir kembali melanjutkan pendidikannya di Universitas Amsterdam. Dia kemudian menjadi mahasiswa hukum di Uniersitas Leiden. Masa pendidikan itu diambilnya dalam pengasingan.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Kudeta Pertama di Indonesia Saat Sutan Sjahrir Jadi Perdana Menteri