KOMPAS.com - Heatwave atau gelombang panas adalah periode suhu permukaan tinggi yang tidak normal dan berkepanjangan dibandingkan dengan suhu normal yang diperkirakan.
Heatwave dapat berlangsung selama beberapa hari, minggu, hingga beberapa bulan, dan merupakan penyebab signifikan kasus kematian akibat cuaca.
Secara global, peningkatan frekuensi dan intensitas gelombang panas yang diamati sejak tahun 1950-an, telah dikaitkan dengan perubahan iklim, menurut laman Britannica.
Secara umum, heatwave dapat menjadi cuaca alam paling berbahaya, karena menimbulkan risiko kesehatan, sosial, lingkungan, dan ekonomi yang serius.
Baca juga: Gelombang Panas Menerjang Kawasan Asia, Apa Penyebabnya?
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mendefinisikannya kondisi heatwave sebagai lima hari atau lebih berturut-turut, di mana kenaikan suhu maksimum harian melampaui 5 derajat celsius atau lebih.
Periode cuaca panas yang tidak normal tersebut dapat berlangsung selama beberapa hari hingga bulan, dengan suhu maksimum dan minimum yang sangat tinggi di suatu lokasi.
Meski begitu, tidak ada definisi formal dan standar mengenai heatwave atau gelombang panas, dan beberapa negara telah mengadopsi standar mereka sendiri untuk kondisi tersebut.
Baca juga: Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?
Misalnya Departemen Meteorologi India menggunakan standar kenaikan suhu sebesar 5 sampai 6 derajat celsius atau lebih di atas suhu normal.
Kemudian Layanan Cuaca Nasional AS mendefinisikan heatwave sebagai kondisi panas tidak normal dan tidak nyaman, serta cuaca yang sangat lembab selama dua hari atau lebih.
Massa udara yang sangat panas dan lembap di wilayah berpenduduk padat dapat menyebabkan masalah kesehatan, atau bahkan kematian.
Baca juga: Ramai soal Heatwave Melanda Negara-negara Asia, Apakah Berpotensi Terjadi di Indonesia?
DIlansir dari laman UNICEF, heatwave atau gelombang panas diakibatkan oleh udara hangat yang terperangkap di atmosfer dan merupakan fenomena cuaca alami.
Gelombang panas semakin meningkat intensitas dan frekuensinya akibat perubahan iklim, atau akibat emisi gas rumah kaca yang memerangkap panas lebih lama.
Fenomena heatwave dapat ditandai dengan kondisi kelembapan rendah, yang dapat memperburuk kekeringan.
Atau juga kelembapan tinggi, yang dapat memperburuk dampak kesehatan karena stres akibat panas, yang mencakup kelelahan, dehidrasi, dan heat stroke (sengatan panas).
Baca juga: Thailand Dilanda Suhu Panas, Dilaporkan 30 Orang Meninggal Dunia akibat Heat Stroke