Meskipun ia secara umum dianggap sebagai penemu virus, hal tersebut juga ditemukan dan diberi nama secara independen oleh ahli mikrobiologi dan botani Belanda Martinus W. Beijerinck hanya beberapa tahun kemudian.
Baca juga: Virus Flu Babi Afrika Masuk Indonesia, Ini Kata Kemenkes dan Epidemiolog
Pada 1898, Beijerinck juga mengamati kemampuan agen penular yang dapat melewati filter dengan pori-pori kecil.
Ia kemudian menggambarkan agen mikroskopis pada penyakit tanaman tembakau tersebut tersebut sebagai “filterable virus (virus yang dapat disaring).”
Dia mengira agen tersebut adalah cairan (bukan partikel) dan menyebutnya sebagai “contagium vivum fluidum.”