Pelaku cyberbullying dapat memanfaatkan internet, ponsel, atau teknologi lain untuk melecehkan, mengancam, bahkan mempermalukan korban.
Contoh cyberbullying adalah mengunggah gambar yang menimbulkan rasa sakit, mengancam, atau mengirim pesan dengan nada yang mengancam.
Karena remaja dan anak muda selalu terhubung dengan internet, cyberbullying menjadi masalah yang berkembang di kalangan mereka.
Orangtua perlu mewaspadai jenis bullying yang satu ini karena bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Konsekuensi di balik cyberbullying juga tidak main-main.
Baca juga: 9 Cara Mencegah Bullying, Apa Saja?
Salah satu jenis bullying yang sering terjadi di kalangan anak-anak adalah physical bullying.
Berbeda dengan verbal bullying di mana perundungan berasal dari perkataan, pelaku physical bullying menggunakan kekerasan fisik untuk mengancam korbannya.
Pelaku biasanya memiliki fisik yang lebih besar, kuat, dan agresif ketimbang teman sebayanya.
Contoh physical bullying adalah menendang, memukul, meninju, menampar, mendorong, dan serangan fisik lainnya. Jenis bullying yang satu ini juga mudah untuk dikenali.
Relational aggression adalah jenis bullying yang cukup sering lepas dari perhatian orangtua maupun guru.
Relational aggression juga bisa disebut sebagai emotional bullying atau social bullying.
Pelaku biasanya melakukan manipulasi sosial di mana mereka mencoba menyakiti atau menyabotase status sosial teman sebayanya.
Pelaku juga sering mengucilkan orang lain dari kelompok, menyebarkan rumor, memanipulasi situasi, dan merusak kepercayaan.
Tujuan dari pelaku adalah untuk meningkatkan status sosial mereka sendiri dengan mengendalikan atau mem-bully orang lain.
Jenis bullying yang satu ini umumnya dilakukan oleh anak perempuan dengan cara mengejek, menghina, mengabaikan, mengucilkan, dan mengintimidasi.
Baca juga: Jangan Anggap Sepele Dampak Bullying
Jenis bullying lain yang tidak boleh diremehkan orangtua adalah sexual bullying. Perundungan ini biasanya dilakukan secara berulang.