Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SMP di Temanggung Bakar Sekolah karena Sering Di-bully, Mengapa Anak Bisa Menjadi Pelaku Bullying?

Kompas.com - 30/06/2023, 19:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - R (14) siswa kelas VII SMPN 2 Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah membakar sekolahnya sendiri pada Selasa (27/6/2023) dini hari.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (30//2023), R merasa sakit hati karena sering menerima bullying atau perundungan dari teman-temannya sehingga nekat membakar sekolahnya.

"Motif dari pelaku adalah, pelaku merasa sakit hati karena sering di-bully oleh teman-temannya. Rasa sakit hati, akumulasi ini maka dia merencanakan untuk membakar sekolah," ujar Kapolres Temanggung AKBP Agus Puryadi.

R mengaku sering diejek menggunakan nama orangtuanya dan dikeroyok.

Lantas, bagaimana seorang anak dapat menjadi pelaku bullying atau perundung?

Baca juga: Jadi Tersangka, Ini 5 Fakta Siswa Bakar Sekolah di Temanggung


Penyebab anak jadi pelaku bullying

Psikolog sekaligus dosen di Fakultas Psikologi Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo mengungkapkan ada banyak faktor seorang anak dapat menjadi pelaku bullying.

"Pertama, dia pernah jadi korban dan tidak mau menjadi korban terus akhirnya dia menjadi pem-bully," jelasnya kepada Kompas.com, Jumat (30/6/2023).

Alasan kedua, menurut Ratna, seseorang menjadi perundung karena banyak menonton film atau gim berbau kekerasan.

Ia menyebut, tontonan tersebut membuat anak terpapar kekerasan sehingga mewajarkan dan menginspirasi perilaku semacam itu.

"Anak lebih banyak menyerap itu, apalagi anak usia di bawah lima tahun," tambahnya.

Menurut dia, meski anak tidak mengerti kekerasan itu baik atau buruk, hal tersebut akan terekam jelas di ingatan mereka.

Akibatnya, mereka kemudian akan meniru perilaku kekerasan seperti yang ditonton.

Baca juga: 5 Fakta Siswa MTs di Kotamobagu Tewas Setelah Di-bully Temannya

Selain itu, ada juga anak merundung teman agar dianggap penting oleh orang di sekitarnya.

"Mereka melakukan kekerasan untuk mendapatkan perhatian. Karena merasa begitu melakukan hal seperti itu, orang akan beralih perhatian kepada si anak," jelas dia.

Di sisi lain, ada orang dewasa yang kurang mampu mengontrol emosinya. Mereka umumnya menggunakan kekerasan dengan niat mengingatkan anak.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com