Insiden Hotel Yamamoto itu sendiri bermula pada 18 September 1945 saat datang para opsir Sekutu dan Belanda dari Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) ke Surabaya.
Mereka kemduian menempati Hotel Yamato yang kala itu menjadi penginapan kaum elite Belanda.
Sejak saat itu, Hotel Yamato dijadikan sebagai markas Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran.
Namun, pada 19 September 1945 pukul 21.00, sekelompok orang Belanda yang dipimpin WVC Ploegman mengibarkan bendera Belanda tanpa persetujuan pemerintah daerah Surabaya.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Insiden Hotel Yamato, Latar Belakang, dan Detail Peristiwanya
Menanggapi pengibaran bendera Belanda, Wakil Residen Surabaya, Soedirman menggelar perundingan dengan Ploegman untuk menurunkan bendera Belanda dan mengibarkan bendera Merah Putih di Hotel Yamato.
Namun, permintaan itu ditolak oleh Ploegman.
Bahkan, Ploegman mengeluarkan pistol hingga memicu terjadinya perkelahian yang berujung tewasnya Ploegman karena dicekik seorang pemuda Surabaya bernama Sidik. Sidik juga turut tewas di tangan tentara Belanda.
Massa di luar hotel yang mengetahui situasi perundingan tidak berjalan dengan baik segera mendobrak pintu masuk Hotel Yamato.
Sebagian pemuda bertindak heroik dengan naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda.
Dikutip dari Kompas.com (25/3/2022), sosok Hariyono yang merupakan pengawal Soedirman nekat memanjat tiang bendera Belanda itu. Hariyono memanjat tiang itu bersama Kusno Wibowo.
Keduanya lalu menurunkan bendera Belanda untuk diganti dengan bendera merah putih. Namun, karena tidak membawa bendera Indonesa, mereka akhirnya merobek bagian berwarna biru bendera Belanda yang memiliki triwarna (merah, putih, biru).
Bendera yang sudah dirobek dan menyisakan warna merah dan putih itu kemudian dinaikkan kembali ke puncak tiang diiringi teriakan "Merdeka!".
Baca juga: Mengenang 75 Tahun Insiden Penyobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato
Insiden Hotel Yamato itu berlanjut dengan pertempuran demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pertempuran rakyat Surabaya melawan AFNEI terjadi pada 27 OKtober 1945.
Awalnya, terjadi serangan-serangan kecil, tapi lama kelamaan berubah menjadi serangan umum yang memakan banyak korban.