Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertusuk Paku Berkarat Berpotensi Tetanus, Apa yang Harus Dilakukan?

Kompas.com - 05/08/2023, 11:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seseorang yang tertusuk paku berisiko mengalami penyakit tetanus, terutama apabila kondisi pakunya sudah berkarat.

Dikutip dari WHO, tetanus merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh spora bakteri Clostridium tetani.

Spora ini dapat ditemukan di mana saja, terutama di tanah, abu, alat berkarat seperti paku, jarum, kawat berduri, serta saluran usus atau kotoran hewan dan manusia.

Spora C. tetani dapat bertahan selama bertahun-tahun dan sangat tahan terhadap panas dan sebagian besar antiseptik.

Bakteri tetanus dapat masuk ke dalam tubuh seseorang melalui luka terbuka di kulit, misalnya akibat:

  • Luka yang terkontaminasi tinja, tanah, debu, dan air liur.
  • Luka tusuk akibat benda yang tajam, seperti paku atau jarum.
  • Luka bakar
  • Luka yang disertai dengan jaringan mati, seperti gangrene.
  • Luka akibat kecelakaan lalu lintas.
  • Luka gigitan hewan, misalnya tikus.

Baca juga: Gejala Sifilis, Infeksi Menular Seksual yang Mulai Marak di Indonesia

Gejala tetanus

Masa inkubasi dari tetanus diketahui bervariasi, yakni antara tiga sampai 21 hari setelah infeksi. Namun, sebagian besar kasus terjadi dalam 14 hari.

Tetanus didiagnosis berdasarkan gambaran klinis dan bisa tidak memerlukan pengecekan laboratorium. Berikut ini beberapa gejala seseorang mengalami tetanus:

  • Kaku otot yang meluas hingga ke leher, lengan, dan perut.
  • Sakit kepala
  • Sesak napas
  • Gelisah dan sensitif terhadap cahaya, suara, dan sentuhan.
  • Demam lebih dari 38 derajat celsius
  • Keringat berlebihan
  • Air liur keluar terus-menerus.
  • Tekanan darah meningkat.
  • Peningkatan detak jantung (takikardia).
  • Gangguan irama jantung (aritmia).

Baca juga: Waspada Saat Muncul Garis Merah di Kulit, Bisa Jadi Tanda Infeksi Ini

 

Faktor risiko tetanus

Ilustrasi vaksin tetanusShutterstock/OneSideProFoto Ilustrasi vaksin tetanus

Faktor risiko merupakan berbagai hal yang bisa menyebabkan seseorang menderita penyakit infeksi ini.

Dilansir dari MayoClinic, berikut faktor risiko tetanus:

  • Luka terkena benda berkarat atau serpihan kayu
  • Tidak vaksinasi tetanus
  • Luka yang terkena tanah atau pupuk kandang
  • Riwayat kondisi medis penekan kekebalan
  • Lesi kulit yang terinfeksi pada orang yang hidup dengan diabetes
  • Tali pusat yang terinfeksi ketika seorang ibu tidak divaksinasi sepenuhnya
  • Jarum bersama dan tidak bersih saat menggunakan obat-obatan terlarang.

Komplikasi tetanus

Jika tidak segera ditangani, tetanus dapat menyebabkan komplikasi penyakit atau masalah kesehatan lain seperti:

  • Masalah pernapasan
  • Penyumbatan arteri paru-paru
  • Radang paru-paru (pneumonia)
  • Patah tulang
  • Masalah kehamilan
  • Kematian.

Baca juga: Cara Mengatasi Cantengan agar Infeksi Tak Makin Parah

Pencegahan tetanus

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pencegahan utama tetanus yakni dengan menjalani vaksinasi.

Vaksinasi tersebut agar tubuh membuat antibodi untuk melawan racun tetanus.

Selain itu, terdapat beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan guna menghindari paparan infeksi tetanus, yaitu:

  • Menggunakan alas kaki yang tebal dan tertutup saat di luar ruangan
  • Menjalani vaksinasi tetanus lengkap sebelum bepergian ke luar negeri
  • Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun secara rutin
  • Tidak menunda pertolongan pertama saat mengalami luka ringan
  • Mengganti balutan luka secara rutin dan menjaganya agar tidak basah
  • Memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami luka yang parah
  • Melakukan perawatan luka dengan benar.

Ilustrasi luka. Beberapa luka dapat berkembang menjadi tetanus. Ilustrasi luka. Beberapa luka dapat berkembang menjadi tetanus.

Pengobatan tetanus

Dilansir dari MedicalNewsToday, dokter kemungkinan akan meresepkan penisilin atau metronidazol untuk mengobati tetanus.

Antibiotik ini mencegah bakteri berkembang biak dan menghasilkan racun saraf yang menyebabkan kejang dan kekakuan otot.

Bagi pasien yang alergi terhadap penisilin atau metronidazol, dapat diberikan tetrasiklin sebagai gantinya.

Dalam mengobati kejang otot dan kekakuan, pasien dapat diresepkan beberapa obat, antara lain:

  • Antikonvulsan, seperti diazepam (Valium) untuk mengendurkan otot untuk mencegah kejang, mengurangi kecemasan, dan bekerja sebagai obat penenang.
  • Relaksan otot, seperti baclofen untuk menekan sinyal saraf dari otak ke sumsum tulang belakang, sehingga mengurangi ketegangan otot.
  • Agen penghambat neuromuskuler seperti pancuronium dan vecuronium untuk memblokir sinyal dari saraf ke serat otot dan berguna dalam mengendalikan kejang otot.

Baca juga: Ramai soal Penularan Kutil Kelamin Melalui Benda, Ini Kata Dokter

Selain dengan obat, dokter juga dapat melakukan atau merekomendasikan pengobatan lainnya seperti:

  • Operasi

Jika menurut dokter luka rawan tetanus sangat besar, mereka mungkin akan mengangkat otot yang rusak dan terinfeksi sebanyak mungkin melalui pembedahan yang disebut dengan debridemen.

Debridemen adalah tindakan membuang jaringan yang mati atau terkontaminasi, serta membuang benda asing dari tubuh.

Dalam kasus luka rawan tetanus, benda asing tersebut mungkin berupa kotoran atau pupuk kandang.

  • Perbaikan nutrisi

Seorang penderita tetanus membutuhkan asupan kalori harian yang tinggi karena aktivitas otot yang meningkat.

  • Ventilator

Beberapa pasien mungkin memerlukan dukungan ventilator untuk membantu pernapasan jika pita suara atau otot pernapasan mereka terpengaruh.

Baca juga: Apakah Penyakit Antraks Bisa Menular Antarmanusia?

Apa yang harus dilakukan jika menginjak paku?

Jika seseorang menginjak paku, penderita sebaiknya melakukan langkah-langkah berikut untuk membersihkan dan membalut lukanya:

  • Benar-benar mencuci tangan dengan sabun
  • Berikan tekanan lembut dengan kain bersih untuk memperlambat pendarahan
  • Bilas luka dengan air bersih dan sabun sesegera mungkin selama lima sampai 10 menit
  • Jika ada kotoran di luka, disinfektan beberapa pinset dengan alkohol gosok dan gunakan untuk menghilangkannya sebanyak mungkin
  • Oleskan antiseptik, salep antibiotik, atau keduanya pada area luka jika tersedia. Balut luka dengan perban bersih
  • Setelah itu, cari perawatan medis untuk penanganan yang tepat.

Baca juga: Bisa Menular, Ini Penyebab, Gejala, Pencegahan, dan Pengobatan Kudis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com