Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rizqi Abdulharis
Dosen

Peneliti isu keagrariaan dan kebencanaan

Pentingnya Administrasi Pertanahan untuk Atasi Penurunan Muka Tanah

Kompas.com - 26/07/2023, 11:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

LAND subsidence atau penurunan muka tanah di pesisir utara Jawa telah mencapai kondisi sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Teguh Purnama Sidiq dan teman-teman tahun 2021, wilayah Semarang, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Demak di Jawa Tengah mengalami penurunan muka tanah hingga delapan cm per tahun.

Kota Pekalongan, juga di Jawa Tengah, mengalami penurunan muka tanah hingga tujuh cm per tahun, sedangkan tingkat penurunan muka tanah di Jakarta mencapai 5 cm per tahun.

Hal itu diperburuk pula oleh dampak perubahan iklim, seperti meningkatnya muka air laut dan bertambahnya frekuensi banjir. Fakta-fakta tersebut mengingatkan kita akan ramalan Prabu Jayabaya bahwa akan ada suatu masa di mana Pulau Jawa tenggelam akibat banjir.

Baca juga: Walhi Jateng Sebut Kawasan Industri Memperparah Penurunan Muka Tanah di Wilayah Pesisir

Di sisi lain, sebagaimana disampaikan Walikota Pekalongan, Achmad Afzan Arslan Djunaid, saat pembukaan Seminar Nasional Pekan Adaptasi Perubahan Iklim 2023 di Kota Pekalongan, kita harus menolak diam.

Sebuah pertanyaan kemudian muncul, bagaimana kita dapat meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim dan penurunan muka tanah, serta bencana pada umumnya? Jawabannya sangat bergantung kepada faktor penyebab permasalahan tersebut dan solusinya dapat diperoleh dengan mempelajari best practices yang ada.

Perubahan iklim dan perubahan muka tanah sebagian besar diakibatkan oleh keteledoran manusia dalam mengelola lahan dan sumber daya yang ada. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2023, perubahan iklim terjadi karena adanya pembangkitan energi, produksi barang, alih fungsi hutan, penggunaan kendaraan, produksi makanan, penggunaan energi untuk pengelolaan bangunan, dan tingkat konsumsi yang terlalu tinggi.

Menurut penelitian Dwi Sarah tahun 2022, penurunan muka tanah 75 persen disebabkan oleh pengambilan air tanah. Selain itu, beban bangunan berkontribusi 20 persen  pada penurunan muka tanah.

Dengan memperhatikan bahwa lima persen penurunan muka tanah dipengaruhi oleh pemadatan tanah secara alami, fakta-fakta tersebut di atas menunjukkan aktivitas manusia menjadi faktor utama terjadinya perubahan iklim dan penurunan muka tanah.

Kebijakan dan Best Practices

Tahun 2021 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) memublikasikan kebijakan pengembangan ketahanan terhadap perubahan iklim. Empat sektor yang menjadi perhatian utama yaitu wilayah laut dan pesisir, sumber daya air, pertanian, dan kesehatan.

Pengembangan ketahanan terhadap perubahan iklim pada empat sektor tersebut akan dilaksanakan melalui pembangunan sarana dan prasarana, pendanaan aksi, pemanfaatan teknologi, dan pengembangan kapasitas, terutama kapasitas kementerian dan lembaga pemerintah.

Masyarakat juga menjadi target kebijakan tersebut, terutama dalam lingkup pengembangan kapasitas untuk menyukseskan program-program pada empat sektor di atas.

Penulis juga belajar dari Cape Town di Afrika Selatan dan Kota Pekalongan di Jawa Tengah. Dalam rangka membangun Cape Town sebagai kota harapan yang memiliki ketahanan terhadap bencana, keamanan warga kota, pelayanan dasar dan pengembangan ekonomi yang inklusif menjadi prioritas utama yang didukung oleh penyediaan perumahan, ruang publik, dan sarana transportasi yang berkelanjutan.

Baca juga: Penurunan Muka Tanah di Pesisir Semarang, Rumah Bertingkat Jadi 1 Lantai

Di Kota Pekalongan, dalam rangka penataan ulang wilayah heritage dan permukiman kumuh yang terdampak rob dan banjir, konsep penataan kembali lingkungan melalui penyiapan infrastruktur persampahan, sanitasi, drainase, penanggulangan rob yang diintegrasikan melalui program konsolidasi tanah dan peningkatan kualitas permukiman menjadi program utama.

Selain menyelesaikan permasalahan banjir dan rob serta permukiman kumuh, program tersebut diharapkan dapat mendorong berkembangnya kegiatan ekonomi berbasis masyarakat.

Dalam lingkup peningkatan kapasitas masyarakat, pengembangan ketahanan terhadap bencana bagi masyarakat di lokasi Sesar Lembang di Jawa Barat memberikan pembelajaran yang serupa dengan best practices di atas. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana hanya dapat ditingkatkan apabila terdapat intervensi pemerintah dalam membangun sistem sosial-kemasyarakatan yang baik dan berkelanjutan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Tren
Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com