Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah, Kudeta Pertama di Indonesia Saat Sutan Sjahrir Jadi Perdana Menteri

Kompas.com - 03/07/2023, 08:15 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kudeta atau upaya penggulingan kekuasaan atas pemerintahan yang sah pertama kali terjadi di Indonesia pada 3 Juli 1946.

Kudeta yang dinamai Peristiwa 3 Juli 1946 itu melibatkan dua kubu ketika kemerdekaan Indonesia belum genap satu tahun.

Kubu pertama adalah kelompok yang mendukung langkah diplomasi dengan Belanda, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Amir Syarifuddin.

Sementara kubu kedua adalah kelompok yang mempertahankan kemerdekaan secara militer, seperti Tan Malaka, Achmad Soebardjo, Sukarni, Iwa Kusuma Sumantri, dan Chaerul Saleh.

Akibat perbedaan tersebut, terjadi aksi penculikan dan penangkapan terhadap tokoh tertentu di antara dua kubu.

Kudeta oleh kelompok Persatuan Perjuangan

Dilansir dari Kompas.com, Peristiwa 3 Juli 1946 diawali ketika Indonesia masih mengalami krisis politik.

Salah satu faktor yang memicu kondisi tersebut adalah kembalinya Belanda ke Tanah Air yang membuat pejuang saling sikut sehingga memunculkan kelompok oposisi.

Peristiwa 3 Juli adalah kudeta pertama di Indonesia yang dilakukan oleh kelompok Persatuan Perjuangan.

Kelompok tersebut ingin menggulingkan pemerintahan lantaran tidak puas dengan Sjahrir yang pada saat itu menjabat sebagai perdana menteri.

Adapun, Persatuan Perjuangan adalah gabungan dari semua organisasi yang menentang upaya diplomasi. Gerakan ini diorganisir oleh Tan Malaka.

Baca juga: Belanda Resmi Akui 17 Agustus 1945 sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia

Penyebab Peristiwa 3 Juli 1946

Tan Malaka.perpusnas.go.id Tan Malaka.
Persatuan Perjuangan menggalang kekuatan untuk melakukan kudeta karena tidak puas terhadap Sjahrir yang dinilai senang berdiplomasi.

Kelompok tersebut tidak didirikan unntuk melakukan politik damai melainkan susunan revolusionernya untuk mempertahankan kemerdekaan.

Atas ketidakpuasan terhadap Sjahrir, Persatuan Perjuangan kemudian menghelat rapat akbar di Madiun pada 15 Maret 1946.

Rapat berskala besar ini diikuti oleh sekitar 40 organisasi pendukung dengan porsi paling besar berasal dari perwakilan Jenderal Soedirman dan Badan Pemberontakan Republik Indonesia (BPRI) di bawah komando Bung Tomo.

Di sisi lain, rapat akbar yang diinisiasi oleh Persatuan Perjuangan juga diikuti Barisan Hisbullah, Barisan Banteng, Laskar Rakyat, dan Polisi Khusus yang dipimpin Yasin.

Baca juga: Sejarah Bobo, Majalah Anak-anak Pertama di Indonesia dengan Desain Berwarna

Penangkapan tokoh Persatuan Perjuangan

Sebelum Peristiwa 3 Juli 1946 terjadi, BPRI yang menjadi bagian dari gerakan Persatuan Perjuangan memberikan ancaman kepada pemerintah.

Organisasi tersebut mengatakan, akan melakukan kudeta apabila pemerintah gagal menjalankan tugasnya.

Berjalannya waktu, keberadaan BPRI di dalam republik membuat Soekarno dan Sjahrir menjadi gusar.

Pemerintah kemudian mengambil tindakan tegas untuk mengurangi tekanan dari Persatuan Perjuangan.

Tan Malaka yang berada di balik Persatuan Perjuangan lalu ditangkap oleh pemerintah secara diam-diam setelah menutup Kongres Persatuan Perjuangan.

Selain Tan Malaka, pemerintah juga menculik Muhammad Yamin, Gatot, Abikusmo, Sukarni, dan Chaerul Saleh.

Pentolan Persatuan Perjuangan ditangkap dengan tuduhan bakal melakukan penculikan terjadap anggota Kabinet Sjahrir.

Sebelumnya, Sutan Sjahrir dengan beberapa anggota kabinet memang diculik pada 26 Juni 1946.

Baca juga: Sejarah SD Inpres yang Dibandingkan Jokowi dengan Pembangunan IKN

Negara dalam keadaan bahaya

Adapun, ketika Sjahrir diculik, Soekarno mengumumkan bahwa negara dalam keadaan bahaya sehingga kekuasaan pemerintah kembali kepada Presiden RI.

Hal tersebut dikatakan Sang Proklamator ketika berpidato pada 28 Juni 1946. Ia juga mendesak agar Sjahrir dan anggota kabinet lainnya dibebaskan.

Permintaan tersebut dikabulkan sehingga Sjahrir dapat menemui Soekarno pada 1 Juli 1946.

Meski begitu, upaya kudeta tetap terjadi yang dikenang sebagai Peristiwa 3 Juli 1946.

Peristiwa 3 Juli 1946

Mayjen Soedarsono yang berada di balik penculikan Sjahrir kemudian menghadap Soekarno dam Amir Syarifuddin pada 3 Juli 1946.

Ia memberikan beberapa permintaan kepada Soekarno dalam empat lembar maklumat dengan isi sebagai berikut:

  • Presiden memberhentikan Kabinet Sjahrir II
  • Presiden menyerahkan pimpinan politik, sosial, dan ekonomi kepada Dewan Pimpinan Politik Presiden yang mengangkat 10 anggota
  • Dewan Pimpinan Politik diketuai Tan Malaka dan beranggotakan Muhammad Yamin, Ahmad Subarjo, Boentaran Martoatmodjo, RS Budhyarto Martoatmodjo, Sukarni, Chaerul Saleh, Sudiro, Gatot, dan Iwa Kusuma Sumantri
  • Presiden mengangkat 13 menteri negara yang nama-namanya dicantumkan dalam maklumat.

Soekarno kemudian memerintahkan supaya Soedarsono dan pendukungnya ditangkap setelah tidak menandatangani maklumat tersebut.

Aksi yang dilakukan Soedarsono juga dianggap sebagai upaya kudeta dan 14 orang yang diduga terlibat dibawa ke Mahkamah Tentara Agung.

Soedarsono dan Muhammad Yamin kemudian dijatuhi hukuman penjara selama empat tahun sementara tokoh lainnya dipenjara dua sampai tiga tahun dan ada pula yang dibebaskan.

Pada 17 Agustus 1948, seluruh tahanan Peristiwa 3 Juli 1946 dibebaskan setelah mereka mendapat grasi dari Presiden.

Dilansir dari Kompas.com, grasi adalah suatu bentuk pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana.

(Sumber: Kompas.com/ Diva Lutfiana Putri, Widya Lestari Ningsih | Editor:Widya Lestari Ningsih, Rendika Ferri Kurniawan).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

BMKG Deteksi Kemunculan Bibit Siklon Tropis 93W, Apa Dampaknya?

BMKG Deteksi Kemunculan Bibit Siklon Tropis 93W, Apa Dampaknya?

Tren
Penyebab Anjing Peliharaan Tidur Berlebihan, Kapan Anda Perlu Khawatir?

Penyebab Anjing Peliharaan Tidur Berlebihan, Kapan Anda Perlu Khawatir?

Tren
Apa Itu Turbulensi? Ini Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya pada Pesawat

Apa Itu Turbulensi? Ini Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya pada Pesawat

Tren
Harga dan Cara Beli Tiket Fanmeeting Byeon Wooseok di Jakarta

Harga dan Cara Beli Tiket Fanmeeting Byeon Wooseok di Jakarta

Tren
Soal Kasus Fat Cat di China, Polisi Sebut Mantan Pacar Tidak Bersalah

Soal Kasus Fat Cat di China, Polisi Sebut Mantan Pacar Tidak Bersalah

Tren
Meteor Biru Melintasi Langit Spanyol dan Portugal, Ini Penjelasan Badan Antariksa Eropa

Meteor Biru Melintasi Langit Spanyol dan Portugal, Ini Penjelasan Badan Antariksa Eropa

Tren
7 Orang Dekat SYL yang Disebut Dapat Duit dari Kementan

7 Orang Dekat SYL yang Disebut Dapat Duit dari Kementan

Tren
Penjelasan TNI AL soal Lettu Eko Disebut Akhiri Hidup karena Judi

Penjelasan TNI AL soal Lettu Eko Disebut Akhiri Hidup karena Judi

Tren
Ada 2 WNI, Ini Daftar Penumpang Singapore Airlines yang Alami Turbulensi

Ada 2 WNI, Ini Daftar Penumpang Singapore Airlines yang Alami Turbulensi

Tren
Angka Kematian akibat Kecelakaan di Swedia Terendah, Apa Rahasianya?

Angka Kematian akibat Kecelakaan di Swedia Terendah, Apa Rahasianya?

Tren
Viral, Video Balita Ketumpahan Minyak Panas di Yogyakarta, Ini Kronologinya

Viral, Video Balita Ketumpahan Minyak Panas di Yogyakarta, Ini Kronologinya

Tren
Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan Hari Ini, Begini Cara Ceknya

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan Hari Ini, Begini Cara Ceknya

Tren
Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal-usul Kehidupan di Bumi

Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal-usul Kehidupan di Bumi

Tren
3 Cara Melihat Aplikasi dan Situs yang Terhubung dengan Akun Google

3 Cara Melihat Aplikasi dan Situs yang Terhubung dengan Akun Google

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 22-23 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 22-23 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com