Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Hubungan Inses yang Bisa Melahirkan Bayi Cacat Bawaan? Ini Penjelasan Dokter

Kompas.com - 03/05/2023, 18:15 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang pedagang nasi goreng di Serang, Jawa Barat, berinisial HO (41) tega melakukan aksi bejat dengan menghamili putri kandungnya berinisial SI (22).

Hasil dari hubungan sedarah tersebut melahirkan bayi laki-laki dengan kondisi cacat pada bagian bibir atau bibir sumbing.

Berdasarkan keterangan SI, bayi itu dibuang oleh HO karena malu anak yang dilahirkan mengalami cacat sehingga akan menjadi beban hidupnya.

"Motif membuang bayi karena malu anak yang dilahirkan itu hasil hubungan gelap dengan anak kandungnya. Kemudian HO tahu bahwa anaknya akan membutuhkan banyak biaya untuk berobat karena cacat," ujar Yudha dikutip dari Kompas.com (29/4/2023).

Lantas, apa itu bayi inses dan mengapa mengakibatkan kecacatan?

Baca juga: Dianggap Cacat Menawan, Bisakah Lesung Pipi Dibuat?

Penjelasan dokter

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi (Obgyn) RS Advent Bandung, Wawang Sukarya menjelaskan inses adalah hubungan seksual sedarah, misal ayah dengan anak, ibu dengan anak, atau kakak beradik.

Ia menyampaikan, yang paling banyak terjadi adalah hubungan seksual sedarah ayah dengan anak perempuannya.

"Jika melakukan hubungan sedarah dengan anggota keluarga, maka risiko melahirkan bayi dengan cacat bawaan (kelainan genetik) meningkat," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (3/5/2023).

Wawang mengungkapkan, pada penelitian di luar negeri menyebutkan adanya risiko bayi inses yang akan mengalami cacat bawaan sekitar 40 persen dari total kasus yang terjadi.

"Risiko meningkat bukan berarti pasti terjadi cacat bawaan, kemungkinan cacatnya adalah 40 persen," jelasnya.

Kendati demikian, Wawang mengatakan bahwa tidak hanya cacat bawaan saja.

Ada kemungkinan lain yang bisa terjadi akibat dari hubungan sedarah, di mana bisa menyebabkan kematian dini dan kelainan mental pada bayi tersebut.

Sehingga, adanya hubungan inses itu dilarang dan tidak diperbolehkan.

Baca juga: Ramai Unggahan Kulit Wajah Lebih Gelap dari Tangan meski Sudah Pakai Sunscreen, Ini Saran Dokter

Adanya risiko penyakit resesif

Ilustrasi bayi dengan cacat lahir.Shutterstock Ilustrasi bayi dengan cacat lahir.
Terpisah, dokter spesialis obstetri dan ginekologi RSIA Anugerah Semarang Indra Adi Susianto menyampaikan, selain keluarga kandung, dalam pengertian klinis, perkawinan antara dua anggota keluarga yang merupakan sepupu dekat dianggap memenuhi syarat sebagai perkawinan sedarah.

Hal tersebut didasarkan pada salinan gen yang mungkin diterima oleh keturunan mereka.

Indra menjelaskan, studi terbaru menunjukkan bahwa risiko sepupu pertama untuk menularkan penyakit sebesar 2-3 persen lebih tinggi daripada orang yang tidak terkait.

"Risiko mewariskan penyakit genetik jauh lebih tinggi untuk pernikahan sedarah antara saudara kandung daripada sepupu pertama," ujarnya terpisah.

"Untuk lebih spesifik, dua saudara kandung yang memiliki anak bersama akan memiliki peluang lebih tinggi untuk menularkan penyakit resesif kepada anak mereka," tambahnya.

Resesif berarti kedua salinan gen harus dalam versi yang sama agar dapat berpengaruh. Contoh ciri-ciri resesif yang umum adalah rambut merah atau mata biru.

Selain itu, salinan gen yang tidak bekerja dengan baik (atau tidak berfungsi sama sekali) dapat menyebabkan penyakit resesif.

Indra mengatakan, setiap manusia hanya memerlukan satu salinan yang berfungsi karena dapat mengompensasi salinan yang tidak berfungsi tersebut.

"Kita semua memiliki beberapa gen penyakit resesif. Tetapi kita biasanya memiliki salinan gen kedua yang berfungsi untuk membuat kita sehat. Ketika seseorang memiliki satu salinan normal dan satu salinan gen penyakit, maka seseorang itu disebut 'pembawa' penyakit," jelasnya.

Ia mengungkapkan pembawa tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, tetapi mereka dapat menularkan gen versi penyakit kepada anak-anak mereka.

Baca juga: Ramai soal Perempuan Tak Sengaja Minum Obat Kuat Pria, Adakah Efeknya?

Apa saja penyakit resesif itu?

Indra menjelaskan, ada banyak penyakit resesif yang berbeda-beda dan cenderung langka.

Penyakit resesif yang paling umum adalah cystic fibrosis dan anemia sel sabit. Artinya, dua orang tua yang tidak berkerabat kemungkinan besar adalah pembawa gen penyakit yang berbeda satu sama lain.

Jika mereka menikah dan memiliki anak bersama, anak-anak itu mungkin akan mendapatkan setidaknya satu salinan yang bagus dari salah satu gen tersebut. Sehingga anak-anak tidak mungkin terkena penyakit tersebut.

Di sisi lain, Indra mengungkapkan bahwa saudara kandung memiliki kemungkinan jauh lebih besar untuk menjadi pembawa penyakit yang sama.

Kemudian, anak-anak mereka juga lebih mungkin mendapatkan dua salinan gen yang rusak dan berakhir dengan penyakit.

Ia menyampaikan, kemungkinan penyakit resesif terjadi pada dua saudara kandung adalah sebesar 50 persen. Ini berarti, untuk setiap gen tertentu, ada 1 dari 4 kemungkinan mereka memiliki salinan yang sama satu sama lain.

Indra memberikan contoh, misalnya ayah mereka adalah pembawa penyakit berbahaya seperti cystic fibrosis (CF), maka ayah memiliki satu salinan CFTR yang rusak, gen CF.

Ini berarti bahwa saudara laki-laki dan perempuan tersebut memiliki peluang 25 persen untuk keduanya juga menjadi pembawa.

Jika saudara laki-laki dan perempuan tersebut memiliki anak atau melakukan hubungan inses, maka masing-masing anak mereka akan memiliki peluang 1 banding 4 untuk berakhir dengan CF dengan mendapatkan salinan penyakit CFTR dari masing-masing orang tua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

PKS Disebut 'Dipaksa' Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

PKS Disebut "Dipaksa" Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

Tren
Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

Tren
Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Tren
Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Tren
7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

Tren
Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Tren
Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Tren
Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Tren
Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Tren
WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

Tren
Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Tren
21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com