Dalam video yang dibuat, Nthenge tidak secara langsung memerintahkan orang untuk berpuasa hingga meninggal dunia. Namun, para mantan anggota gereja mengklaim bahwa mereka dipaksa berpuasa sebagai bagian dari kepatuhan mereka terhadap ajarannya.
Mereka diajak mengorbankan apa yang mereka sayangi, termasuk nyawa.
Sebelum muncul kasus kematian akibat kelaparan ini, Nthenge pernah dituduh mendorong anak-anak untuk tidak bersekolah usai mengklaim Alkitab tidak mengakui pendidikan. Akibatnya, ia ditangkap pada 2017.
The East African memberitakan, ia kembali ditangkap pada April 2023 setelah dua anak mati kelaparan dalam pengawasan orang tua mereka.
Nthenge membantah tuduhan tersebut dan dibebaskan dengan jaminan.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 909 Tewas dalam Bunuh Diri Massal di Jonestown
Diperkirakan ada lebih dari 4.000 gereja yang terdaftar di negara Afrika Timur yang berpenduduk sekitar 50 juta orang itu.
Masih dari The East African, beberapa pengkhotbah meminta pengikutnya menyumbang untuk gereja, di mana uang yang terkumpul justru digunakan untuk kepentingan pribadi.
Beberapa gereja juga secara terang-terangan melakukan kontrol atas kehidupan anggotanya, bahkan memutarbalikkan Alkitab.
"Sebagian besar pendeta gadungan ini tidak pernah menginjakkan kaki di perguruan tinggi teologi mana pun", kata Stephen Akaranga, seorang profesor agama di Universitas Nairobi, kepada AFP.
Atas kejadian ini, Presiden William Ruto akan menindak gerakan keagamaan di Kenya bahkan menyamakan mereka dengan teroris.
Para pemuka agama juga mendorong adanya regulasi terkait agama di Kenya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.