Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merunut Asal-usul Halalbihalal, Tradisi Khas Lebaran di Indonesia

Kompas.com - 22/04/2023, 09:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Salah satu tradisi kala Idul Fitri atau Lebaran khas Indonesia adalah halalbihalal.

Halalbihalal biasanya diselenggarakan mulai dari lingkup keluarga besar, teman lama, atau tempat bekerja.

Karena momennya hanya sekali dalam setahun, halalbihalal kerap dijadikan sebagai ajang reuni atau temu kangen teman lama.

Acara halalbihalal sendiri dikemas secara beragam, tergantung kebiasaan atau tradisi masyarakat setempat.

Baca juga: Sejarah Halalbihalal, Arti, dan Maknanya di Momen Idul Fitri

Namun, tahukah Anda jika istilah halalbihalal mulanya sarat akan kepentingan politik?

Perbedaan aliran politik pada era kabinet parlementer

Kala itu, situasi politik dalam negeri begitu memanas pada 1948. Pasalnya, para elite berseteru akibat perbedaan aliran politik pada era kabinet parlementer serta munculnya pemberontakan.

Di saat bersamaan, Belanda juga sedang bernafsu untuk menjajah kembali Indonesia, sehingga membuat Presiden Soekarno khawatir akan adanya disintergrasi bangsa.

Kondisi ini membuat Bung Karno memutar otak agar bisa menciptakan rekonsiliasi dan mencegah perpecahan.

Baca juga: [KLARIFIKASI] Foto Viral Praja IPDN Halalbihalal di Tengah Pandemi Virus Corona


Usulan nama halalbihalal

Bung Karno saat menghadiri rapat raksasa menyambut Proklamasi Kemerdekaan R.I di Lapangan Ikada Jakarta (Lapangan Monas), 19 September 1945Arsip Kompas Bung Karno saat menghadiri rapat raksasa menyambut Proklamasi Kemerdekaan R.I di Lapangan Ikada Jakarta (Lapangan Monas), 19 September 1945

Harian Kompas, 16 Mei 2021, memberitakan, salah satu upaya yang dilakukan oleh Bung Karno adalah mengundang para elite politik untuk bertemu di Istana Kepresidenan yang saat itu bertempat di Gedung Agung, Yogyakarta.

Sayangnya, usaha ini gagal. Tak satu pun tokoh memenuhi undangan Bung Karno.

Ia pun kemudian mengundang Rais Am Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Wahab Hasbullah untuk berembuk mengenai situasi politik di Indonesia.

Kepada Bung Karno, KH Wahab mengusulkan adanya acara silaturahmi nasional untuk mempertemukan para elite bangsa. Kebetulan, saat itu mendekati Idul Fitri.

Baca juga: Lebaran Berpotensi Berbeda, Bolehkah Shalat Idul Fitri Dua Kali?

Bung Karno tak langsung menerima usulan itu karena menganggap diksi silaturahmi terlalu umum.

KH Wahab kemudian mengusulkan nama "halalbihalal" untuk pertemuan para elite bangsa itu.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com