Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Silvanus Alvin
Dosen

Silvanus Alvin adalah dosen di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan penulis buku Komunikasi Politik di Era Digital: dari Big Data, Influencer Relations & Kekuatan Selebriti, Hingga Politik Tawa.

Emosi Presiden Jokowi di Media Sosial

Kompas.com - 19/04/2023, 12:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Para kepala negara lainnya yang hadir sebagai tamu undangan, seperti Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden maupun Presiden China Xi Jinping, juga berkutat pada emosi senang dan emosi tenang saja. Tidak ada yang menampilkan emosi marah, sedih, apalagi cemas.

Dapat disimpulkan, bagi politisi dibutuhkan keterampilan untuk bisa menampilkan emosi senang dan tenang dalam kegiatan politik mereka.

Visual dan emosi dalam komunikasi politik sangat berkaitan erat. Dengan menampilkan emosi positif, maka pandangan dan tindakan publik akan lebih diarahkan untuk merespon secara positif.

Oleh sebab itu, penting bagi kandidat dan pejabat politik untuk memahami dan memanfaatkan emosi dalam komunikasi politik mereka. Namun, mereka juga harus berhati-hati untuk tidak memanipulasi emosi audiens dan tidak memanfaatkan emosi untuk menciptakan konflik atau memperburuk situasi.

Limitasi AWS Rekognition

Teknologi tentulah tidak sempurna, termasuk AWS Rekognition. Salah satu kelemahan adalah machine learning ini belum mampu menganalisis emosi sesungguhnya, hanya bisa menangkap emosi yang hendak ditampilkan semata.

Hal itu juga berkaitan erat dengan teori dramaturgi yang dikemukakan Erving Goffman. Teori ini mengeksploitasi prinsip-prinsip dramaturgi atau teater untuk membangun dan mempertahankan citra positif seorang kandidat atau pejabat politik.

Konsep itu menganggap politik sebagai sebuah drama, di mana seorang kandidat atau pejabat politik memainkan peran tertentu di depan publik. Artinya, siapa yang mengetahui emosi yang sesungguhnya hanyalah individu aktor politik tersebut.

Melalui tulisan ini, penulis ingin mengajak publik untuk lebih jeli dan kritis lagi dalam melihat komunikasi para aktor politik.

Emosi dapat memengaruhi persepsi dan tanggapan audiens terhadap pesan politik, dan dapat memotivasi orang untuk berpartisipasi dalam proses politik seperti memilih atau memperjuangkan isu tertentu. Dalam komunikasi politik, pemimpin politik dan kandidat sering berusaha membangun ikatan emosional dengan audiens melalui penggunaan bahasa dan narasi yang emosional.

Dengan demikian, jangan sampai publik hanya terjebak pada level emosi semata, tetapi harus menerawang berdasarkan fakta. Berhasil karena betul berhasil sesuai indikator capaian, bukan semata karena narasi positif yang menggugah emosi publik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com