Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pramono Dwi Susetyo
Pensiunan

Pemerhati masalah kehutanan; penulis buku

Berapa Luas Hutan yang Telah Hilang?

Kompas.com - 13/02/2023, 10:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BUKU karya Judith Grandwohl dan Russel Greenberg, terbitan tahun 1988, berjudul Saving the Tropical Forests menyebutkan, hutan tropis selalu terbatas dalam jumlah dan ukurannya. Daerah utama hutan tropis basah adalah Amerika Selatan, Afrika, dan pulau-pulau besar di Asia Tenggara.

Tiga negara hutan tropis -Brasil, Zaire, dan Indonesia- mempunyai hampir 50 persen dari hutan tropis dunia yang berdaun lebar dengan tajuk tertutup. Negara-negara ini mempunyai hutan hanya setengah lebih sedikit dari tiga besar negara hutan beriklim sedang, yaitu Uni Soviet (sekarang Rusia dan negara pecahan Uni Soviet), Amerika Serikat (AS), dan Kanada (580 juta ha versus 1.650 juta ha menurut World Resources , 1986).

Diperkirakan, terdapat 1,6 milliar hektar hutan tropis basah dan lembab sebelum terjadinya penebangan skala besar yang disebabkan manusia. Daerah itu telah susut menjadi 1,1 milliar hektar.

Baca juga: Deforestasi Jadi Momok Produk Sawit Indonesia

Angka-angka itu adalah perkiraan yang didasarkan pada data tahun 1970-an; dan tidak ada data yang tepat dan valid berapa banyak luas hutan tropis yang tersisa. Yang jelas dan pasti adalah penebangan hutan sekarang sedang berlangsung pada kecepatan paling tidak satu persen per tahun -di atas dua persen jika daerah di bawah pembalakan selektif dimasukkan angkanya- dan dari ekstrapolasi angka-angka ini, 20 sampai 40 hektar hutan hilang setiap menit.

Di beberapa negara, situasinya bahkan lebih buruk. Di Pantai Gading dan Nigeria di Afrika Barat, misalnya, laju penebangan hutan mencapai lima sampai enam persen per tahun. Negara-negara parah lainnya yang hutannya cepat susut adalah El Salvador (3,3 persen), Thailand (2,9 persen), dan Kosta Rika (4,0 persen).

Di beberapa negara yang hutan tropisnya luas, seperti Indonesia dan Brasil, dapat ditemukan daerah yang menunjukkan laju penebangan hutan yang eksplosif karena kegiatan pembangunan tertentu. Seperti pada bagian-bagian tertentu di Amazon, di mana laju penebangan hutan tampak mengikuti garis eksponensial dan bukan linier atau lintasan.

Baca juga: Pohon Tertinggi di Hutan Amazon Ditemukan, Tingginya Mencapai 88 Meter

Situasi ekonomi sebuah negara atau kawasan dapat mempercepat atau memperlambat laju penebangan hutan. Saat ini laju penebangan hutan di seluruh dunia sedang meningkat.

Bagaimana Kondisi Hutan Indonesia

Meski secara hukum (dejure), Indonesia mempunyai hutan seluas 125,2 juta hektar yang terdiri dari hutan konservasi 27,3 juta ha hektar, hutan lindung 29,5 juta hektar, dan hutan produksi 68,4 juta hektar, namun secara kenyataan di lapangan (de facto) yang masih terdapat tutupan hutannya (forest coverage) diperkirakan tinggal sekitar 70 persen dari angka itu atau seluas 107,9 juta hektar.

Selama lebih dari tiga dekade di era orde baru (1967-1998), hutan tropis basah di Indonesia dieksplotasi secara besar-besaran sebagai modal utama pembangunan setelah minyak bumi. Eksploitasi melalui mekanisme konsesi hutan alam berupa hak pengusahaan oleh perusahaan asing dan dalam negeri berupa HPH (Hak Pengusahaan Hutan) yang mencapai puncaknya tahun 2000 dengan jumlah HPH sekitar 600 unit dan mengusahakan areal hutan lebih dari 64 juta hektar.

Baca juga: Twit Deforestasi Menteri LHK, Peneliti Ekologi BRIN Sebut Harus Disertai Reforestasi

Devisa negara yang disumbangkan hampir setara dengan minyak bumi, 9 miliar dollar AS per tahun. Belum lagi termasuk angka penebangan hutan akibat illegal logging, perladangan berpindah (shifting cultivation), alih fungsi hutan, dan lainnya yang angkanya diperkirakan mencapai hampir tidak kurang dari 8,3 juta ha.

Tahun 2013, Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (Ditjen PDASHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan luasan lahan sangat kritis seluruh Indonesia mencapai sekitar 24,3 juta hektare, di dalam kawasan hutan mencapai sekitar 15,58 juta hektare (64 persen), sedangkan di luar kawasan hutan mencapai sekitar 8,72 juta hektare (36 persen) .

Sementara, tahun 2018, dalam Rencana Strategis Ditjen PDASHL KLHK 2020-2124, lahan kritis dalam kawasan hutan seluas 13,36 juta hektare, yang terdiri dari lahan kritis dalam hutan konservasi 880.772 hektare, hutan lindung 2.379.371 hektare, hutan produksi 5.109.936 hektare, kawasan lindung pada APL (Areal Penggunaan Lain) 2.234.657 hektare, dan kawasan budidaya pada APL 3.763.383 hektare.

Dalam kurun waktu lima tahun saja (2013-2018), sudah ada pengurangan angka deforestasi sebesar lebih dari 2 juta hektare, tanpa adanya penjelasan dan perincian pengurangan angka deforestasi ini.

Lain pula dengan data di buku “The State of Indonesia’s Forest (SOFO) 2020” yang terbit Desember 2020 oleh KLHK. Kawasan hutan tetap yang tidak berhutan atau tidak mempunyai tutupan hutan seluas 33,4 juta hektare. Luas ini terdiri dari lahan kritis di hutan konservasi 4,5 juta hektare, hutan lindung 5,6 juta hektare, dan hutan produksi terbatas 5,4 juta hektare, hutan produksi biasa 11,4 juta hektare dan hutan produksi yang dapat dikonversi 6,5 juta hektare.

Angka deforestasi tiga versi KLHK yang berbeda-beda, saya menyebutnya sebagai deforestasi laten (terselubung) yang belum dapat diselesaikan bahkan merupakan pekerjaan rumah yang sangat besar bagi KLHK. KLHK boleh berbangga dengan klaim mampu menekan dan menurunkan angka laju deforestasi selama 20 tahun terakhir ini. Namun sesungguhnya pekerjaan KLHK tidak hanya itu, tetapi juga harus mampu membangun dan memulihkan kembali kawasan hutan yang telah mengalami deforestasi laten di atas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Matahari Tepat di Atas Kabah 27 Mei, Ini Cara Meluruskan Kiblat Masjid

Matahari Tepat di Atas Kabah 27 Mei, Ini Cara Meluruskan Kiblat Masjid

Tren
Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Tren
Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Tren
6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

Tren
7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

Tren
Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

Tren
8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

Tren
Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Tren
Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Tren
Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com