Berbagai macam propaganda dalam bentuk misinformasi dan disinformasi. Misinformasi didefinisikan sebagai informasi yang tidak benar atau menyesatkan. Terlepas dari niat apa pun, informasi yang salah tidak akurat, atau informasi yang salah menyebabkan orang salah informasi.
Disinformasi adalah bagian dari misinformasi. Misinformasi didefinisikan sebagai informasi palsu yang sengaja dibuat dan sengaja disebarkan untuk memengaruhi opini publik atau menyesatkan kebenaran.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa penyebaran misinformasi dalam aktivitas politik yang meluas menjelang pemilu sayangnya telah menjadi fenomena umum di sebagian besar masyarakat demokratis. Sejak tahun 2014 dan memuncak tahun 2019, penggunaan ruang virtual untuk pertarungan politik semakin nyata. Ia menjadi salah satu ruang - bahkan mungkin ruang utama - untuk dimenangkan.
Pertarungan tersebut menimbulkan masalah yaitu semakin terbelahnya masyarakat pemilih di Indonesia. Pertarungan tidak berhenti di ruang virtual tapi juga dalam kehidupan nyata. Kehidupan secara sosial menjadi tidak nyaman, bahkan sejak dari lingkungan sosial terkecil yaitu keluarga.
Parahnya, pertarungan atau pembelahan tersebut terus berlangsung saat pemilu sudah selesai. Kita saling tuduh, tidak percaya, dan curiga. Berbagai propaganda bermodus penyesatan informasi dalam berbagai format kemungkinan besar akan terjadi kembali dalam Pemilu 2024, bahkan sudah akan dimulai sejak tahun 2023. Kemungkinan dengan menggunakan teknologi yang lebih canggih dibanding lima atau 10 tahun lalu.
Oleh karena itu, kita perlu tingkatkan literasi media yaitu kemampuan untuk menerapkan keterampilan berpikir kritis pada media massa (dan media sosial), sehingga menjadi warga negara yang lebih sadar dan bertanggung jawab— baik sebagai orang tua, pemilih, pekerja — dalam masyarakat yang digerakkan oleh media (Turow, 2020).
Caranya bisa dimulai dengan mempertanyakan konten-konten yang mencurigakan. Di saat kita membaca, menonton atau mendengar suatu konten dalam media - termasuk media sosial - yang membuat emosi kita sangat tergugah atau terguncang, seperti terlalu sedih, sesuatu yang too good to be true, atau juga sangat marah, kita perlu curiga terhadap konten tersebut.
Lalu, teliti lagi siapa pembuat konten tersebut. Jika pembuat konten tidak jelas asal usulnya, perlu dicurigai. Kemudian, selalu periksa ulang dengan berbagai media atau konten lainnya. Jika konten tersebut hanya satu-satunya yang membuat berita atau informasi tersebut, konten tersebut lagi-lagi perlu diwaspadai.
Yang terakhir, selalu menahan diri untuk tidak langsung membagikan suatu konten dan selalu periksa ulang konten tersebut seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.