Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Terbaik Menyikapi Propaganda Politik di Media Sosial...

Kompas.com - 29/09/2022, 13:26 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial menjadi ruang yang paling bebas untuk melakukan kampanye hitam, propaganda, ujaran kebencian, dan sebaran hoaks menjelang Pemilihan Umum atau Pemilu 2024.

Berkaca dari Pemilu 2019, Bawaslu menerima 5.103 laporan konten yang dinilai melanggar aturan kampanye di media sosial. Angka itu belum termasuk konten-konten yang tidak terpantau dan terlaporkan.

Tak jarang, konten-konten di media sosial memperparah polarisasi dan perpecahan.

Lantas, bagaimana cara menyikapi propaganda politik di media sosial?

Check and recheck

Analis komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio menyarankan agar masyarakat selalu memeriksa ulang kebenaran informasi yang mereka terima di media sosial.

"Para pengguna media sosial itu perlu melakukan check dan recheck terhadap isu-isu di media sosial," kata Hendri kepada Kompas.com, Rabu (28/9/2022).

Propaganda politik kerap menyebarkan konten yang dirancang untuk menyulut emosi.

Maka, sebelum kalut dalam emosi yang dipancing di media sosial, ada baiknya untuk mengecek terlebih dahulu kebenarannya. Bisa melalui pemberitaan di media yang kredibel atau sumber resmi.

Selanjutnya, jika medapati informasi yang tidak ada pembuktiannya, maka tidak perlu disebarkan.

"Para pemilik akun media sosial lebih bertanggung jawab terhadap akunnya. Tidak menyebarkan berita bohong," ujar Hendri.

Isu yang memanfaatkan politik identitas

Propaganda di media sosial juga kerap menggunakan tendensi politik identitas untuk membangun citra baik atau buruk terhadap calon yang diusung.

Hendri berpendapat, politik identitas tidak terhindarkan dari pemilu. Namun, jika ini dimanfaatkan sebagai alat propaganda, maka dapat berpengaruh buruk.

"Politik identitas itu akan terus ada, apalagi di Indonesia ini kan identitasnya macam-macam. Yang tidak boleh dilakukan adalah menyalahgunakan politik identitas. Contohnya memberikan reward dan punishment," ucap Hendri.

Misalnya, narasi jika tidak memilih A maka akan masuk neraka. Contoh lain, jika tidak memilih B maka akan dikeluarkan dari suatu suku atau kelompok.

Anonim di media sosial

Pendapat lainnya juga disampaikan oleh dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Fajar Junaedi saat dihubungi terpisah oleh Kompas.com.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Unjuk Rasa Warga Papua Terkait Pencurian Suara pada Pilpres 2024

[HOAKS] Video Unjuk Rasa Warga Papua Terkait Pencurian Suara pada Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sri Mulyani Jelaskan soal Utang Negara di Sidang MK

[HOAKS] Sri Mulyani Jelaskan soal Utang Negara di Sidang MK

Hoaks atau Fakta
Mengenang Vladimir Komarov, Orang Pertama yang Tewas dalam Misi Luar Angkasa

Mengenang Vladimir Komarov, Orang Pertama yang Tewas dalam Misi Luar Angkasa

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Gempa di Majene Sulawesi Barat

[HOAKS] Video Gempa di Majene Sulawesi Barat

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Tidak Terkait Serangan Irak ke Pangkalan Militer AS di Suriah

[KLARIFIKASI] Foto Ini Tidak Terkait Serangan Irak ke Pangkalan Militer AS di Suriah

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Sekjen PDI-P Sebut Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 Bisa Terjadi Lagi di Pilkada

CEK FAKTA: Sekjen PDI-P Sebut Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 Bisa Terjadi Lagi di Pilkada

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Penjelasan soal Risiko Anemia Aplastik pada Obat Sakit Kepala

[KLARIFIKASI] Penjelasan soal Risiko Anemia Aplastik pada Obat Sakit Kepala

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] WEF Bantah Kabar Klaus Schwab Sakit Parah dan Dirawat di RS

[KLARIFIKASI] WEF Bantah Kabar Klaus Schwab Sakit Parah dan Dirawat di RS

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Jet Misterius Terlihat Dekat Israel

[HOAKS] Video Jet Misterius Terlihat Dekat Israel

Hoaks atau Fakta
'Me at The Zoo', Kilas Balik Video Pertama di YouTube

"Me at The Zoo", Kilas Balik Video Pertama di YouTube

Sejarah dan Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com