Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arindra Karamoy
Dosen

Pengajar Paruh Waktu FIKOM Universitas Multimedia Nusantara

Politik Virtual, Propaganda, dan Literasi Media

Kompas.com - 01/02/2023, 09:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KITA sudah berada pada era teknologi digital. Dalam teknologi digital, dibantu dengan koneksi internet, terdapat ruang publik yang juga digital.

Dalam ruang ini, semua orang dapat masuk, keluar, berbincang, beropini sesuai dengan keinginannya. Siapa pun itu dapat berinteraksi di ruang tersebut yang sering disebut dengan ruang virtual.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), virtual artinya mirip atau sangat mirip dengan sesuatu yang dijelaskan; arti lain adalah hadir dengan menggunakan perangkat lunak komputer, misalnya di internet.

Jadi, apa yang ada di dalam ruang tersebut hanya berbentuk suatu simbol, avatar, dan nama akun, termasuk manusia. Apakah itu merupakan sosok yang sama dalam kehidupan nyata? Apakah gambar avatar atau profil yang digunakan merupakan foto dari wajah aslinya atau hanya mirip?

Baca juga: Corona dan Revolusi Ruang Virtual

Tidak dapat kita pastikan jika kita tidak benar-benar tahu orang tersebut di dunia nyata. Begitu pun dengan dengan pandangan maupun opininya. Kita tidak tahu secara pasti apakah pandangan, pendapat, dan pengetahuannya memang merupakan pemikirannya. Atau jangan-jangan pemikirannya tersebut merupakan pikiran orang lain.

Bertemunya manusia di ruang virtual tersebut memiliki beragam motivasi. Ada yang ingin bergaul, bersosialisasi, bertemu teman lama dan baru. Secara motif ekonomi, ada yang ingin berdagang, saling bertukar barang sesuai kebutuhannya.

Ada juga motif politik, seperti memperjuangkan suatu isu, menyampaikan pendapatnya, menawarkan tawaran kebijakan, dan juga tentunya mengenalkan dirinya sebagai kandidat suatu pemilihan kepala daerah atau negara.

Aktivitas ruang virtual dengan motif politik dilakukan dengan menggunakan media sosial yang sudah banyak kita tahu, seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, Instagram, dan TikTok. Situs media sosial (terkadang disebut situs jejaring sosial) adalah tempat orang berinteraksi dengan orang lain, bertukar informasi, hiburan, dan berita pilihan mereka dan buatan mereka sendiri, yang diakses secara daring.

Dampak Positif dan Negatif

Aktivitas politik virtual di media sosial ini, yang melibatkan banyak aktor, menimbulkan fenomena dampak positif maupun negatif. Dampak positif misalnya saja membuat mudahnya berkomunikasi antar aktor politik.

Seorang pemimpin daerah atau negara dapat dengan mudah dan cepat menyampaikan visi, misi, dan bahkan kegiatan sehari-harinya kepada rakyat dan konstituennya lewat media sosial.

Namun efek dari aktivitas politik virtual dapat juga berakibat buruk, misalnya mudahnya menyampaikan pesan-pesan propaganda negatif seperti berita bohong dan hoaks.

Jowett dan O’Donnell (2015) mendefinisikan propaganda sebagai upaya yang disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi kognisi, dan perilaku langsung untuk mendapatkan respons yang mendekatkan maksud dan tujuan dari propagandis (pelaku propaganda).

Baca juga: Cara Terbaik Menyikapi Propaganda Politik di Media Sosial...

Alasan pelaku propaganda melakukannya tentu bermacam-macam. Salah satunya yang paling jelas, untuk mengalahkan lawan politik.

Tahun 2024, Indonesia akan mengadakan pemilihan umum. Pemungutan suara yang rencananya akan dilaksanakan pada 14 Februari 2024 untuk memilih presiden, wakil presiden, dan anggota DPD, DPR, DPRD provinsi dan kabupaten/kota. Artinya, pada tahun 2023, terutama di akhir tahun, akan banyak sekali kita temui aktivitas politik, baik di dunia nyata maupun virtual.

Aktivitas-aktivitas itu akan dilakukan baik oleh partai politik, para calon, simpatisan calon, media, dan publik umum dengan berbagai motif. Seperti pengalaman pemilu sebelumnya di tahun 2019 - yang sebenarnya sudah terbaca di Pemilu 2014 - muncul fenomena yang belum pernah terjadi dalam sejarah negara ini, yaitu pertarungan politik sengit dalam ranah virtual terutama di media sosial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Masalah Tiga Tubuh

Masalah Tiga Tubuh

Tren
Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Tren
Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Tren
Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Tren
Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Tren
Aturan Batas Usia Masuk TK, SD, SMP, SMA di PPDB 2024, Simak Syaratnya

Aturan Batas Usia Masuk TK, SD, SMP, SMA di PPDB 2024, Simak Syaratnya

Tren
Membedah Kekuatan Guinea U23, Lawan Indonesia di Perebutan Tiket Terakhir ke Olimpiade Paris

Membedah Kekuatan Guinea U23, Lawan Indonesia di Perebutan Tiket Terakhir ke Olimpiade Paris

Tren
Pria 28 Tahun Ditangkap karena Merampok Rp 60 Juta Menggunakan Gunting

Pria 28 Tahun Ditangkap karena Merampok Rp 60 Juta Menggunakan Gunting

Tren
Siap-siap, Pendaftaran CPNS Dibuka Juni 2024, Kuota 1,2 Juta Formasi

Siap-siap, Pendaftaran CPNS Dibuka Juni 2024, Kuota 1,2 Juta Formasi

Tren
Cara Beli Tiket Go Show KAI, Tarif Naik per 1 Mei 2024

Cara Beli Tiket Go Show KAI, Tarif Naik per 1 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com