"Itu yang dijadikan dasar untuk pembubaran PKI. Jadi sangat sakti surat itu," tutur Asvi.
Dikutip dari arsip Harian Kompas, 11 Maret 1971, Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI mengatakan bahwa Supersemar hanya digunakan untuk membubarkan PKI dan menegakkan kembali wibawa pemerintahan.
"Saya tidak pernah menganggap Surat Perintah 11 Maret sebagai tujuan untuk memperoleh kekuasaan mutlak. Surat Perintah 11 Maret juga bukan merupakan alat untuk mengadakan kup terselubung," kata Soeharto.
Namun, pasca Supersemar, popularitas Soeharto terus menanjak. Sebaliknya, kekuasaan Presiden Soekarno mulai meredup.
Akhirnya pada 7 Maret 1967, Soekarno pun resmi melepas jabatannya dan Soeharto ditunjuk untuk menjadi penjabat presiden melalui Sidang MPRS.
Hingga pada 27 Maret 1968, Soeharto resmi menjabat dan dilantik sebagai Presiden RI.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Soeharto Lengser, Akhir Kisah Orde Baru
Pada masa pemerintahannya, Soeharto bertugas sebagai presiden dengan durasi menjabat paling lama dalam sejarah Indonesia, yakni 32 tahun.
Terhitung, Soeharto telah melalui enam kali pemilihan umum (Pemilu), mulai 1967 hingga 1998.
Pengunduran diri Soeharto diawali dengan krisis moneter, kerusuhan, dan gejolak politik dalam negeri.
Soeharto pun resmi mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 setelah mendapatkan desakan dari ribuan mahasiswa yang memadati gedung DPR/MPR.
Selama masa pemerintahannya, Soeharto dikenal banyak membungkam suara kritis dan kerap menyingkirkan lawan politik.
Namun, presiden kedua ini juga populer dari sisi pembangunan, termasuk memprakarsai program pembangunan ekonomi yang dikenal dengan Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun.
Pada dasarnya, Repelita bertujuan untuk membangun infrastruktur Indonesia. Berkat program inilah, nama Soeharto tersemat julukan sebagai Bapak Pembangunan.
Adapun sang Jenderal Besar, dimakamkan pada Senin, 28 Januari 2008, di pemakaman keluarga Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah dengan upacara militer.
(Sumber: Kompas.com/Retia Kartika Dewi | Editor: Rizal Setyo Nugroho, Editor Fitria Chusna Farisa)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.