Pengguna biasa melaporkan memeriksa umpan media sosial mereka 15 kali atau lebih dalam sehari, pengguna sedang memeriksa antara satu dan 14 kali, dan pengguna nonhabitual memeriksa kurang dari sekali sehari.
Baca juga: Studi: Minum Kopi 2 Cangkir Lebih per Hari Tingkatkan Risiko Kematian akibat Penyakit Jantung
Subyek menerima pemindaian otak penuh tiga kali, kira-kira dengan interval satu tahun.
Hasilnya, remaja yang lebih sering memeriksa media sosial menjadi hipersensitif terhadap umpan balik dari teman sebayanya.
"Temuan tidak menangkap besarnya perubahan otak dan tidak jelas apakah perubahan itu bermanfaat atau berbahaya," jelas Eva.
Baca juga: Ramai Fenomena Tawuran Remaja Live di Media Sosial, Ini Kata Psikolog
Menurutnya, kepekaan sosial dapat bersifat adaptif dan menunjukkan bahwa remaja sedang belajar berhubungan dengan orang lain.
Namun, kondisi ini juga dapat menyebabkan kecemasan sosial dan depresi jika kebutuhan sosial tidak terpenuhi.
Para ahli yang meninjau penelitian tersebut mengatakan, tak mungkin untuk mengetahui perubahan otak dari waktu ke waktu, karena peneliti hanya mengukur penggunaan media sosial siswa sekali, yakni sekitar usia 12 tahun.
Baca juga: Manfaat Mandi Air Dingin, Mengusir Depresi dan Menurunkan Berat Badan
Selama dekade terakhir, media sosial telah memetakan kembali pengalaman sentral masa remaja, periode perkembangan otak yang pesat.
Para peneliti telah mendokumentasikan berbagai efek pada kesehatan mental anak-anak.
Beberapa penelitian mengaitkan penggunaan media sosial dengan depresi dan kecemasan, sementara yang lain menemukan sedikit hubungan.
Baca juga: Ramai Tes Usia Mental di Media Sosial, Akuratkah?
Infografik: Tips Mengenali Akun Bot di
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.