Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Benda Paling Mahal di Dunia, Kemungkinan Tak Akan Bisa Terbeli

Kompas.com - 25/12/2022, 12:05 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.coom - Benda termahal di dunia saat ini bukanlah berlian, rumah, maupun kendaraan mewah.

Rekor benda termahal di dunia bahkan mungkin di alam semesta saat ini adalah antimateri atau antimatter.

Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) dalam laman resmi pada 1999 silam menuliskan, harga antimateri sekitar 62,5 triliun dolar AS per gram.

Angka tersebut sekitar Rp 973.906 triliun per gram apabila diubah dalam rupiah dengan kurs Rp 15.582 per dolar AS.

Kepala Penelitian dan Teknologi Propulsi NASA, Dr. George Schmidt menjelaskan, harga sangat fantastis mengingat antimateri sangat sulit diciptakan dan dipertahankan dengan teknologi saat ini.

Bukan hanya itu, antimateri sebagai benda paling mahal juga memiliki kepadatan energi yang luar biasa.

Lantas, apa itu antimateri?

Baca juga: 5 Rempah Termahal di Dunia, Ada yang Tumbuh di Indonesia


Mengenal antimateri

Sesuai namanya, antimateri adalah antipartikel atau kebalikan dari partikel yang menyusun suatu materi "biasa".

Misalnya, seperti dikutip Livescience, sebuah elektron yang bermuatan negatif memiliki pasangan antimateri yang dikenal sebagai positron.

Positron sendiri merupakan partikel dengan massa yang sama dengan elektron, tetapi bermuatan positif atau kebalikannya.

Untuk partikel tanpa muatan listrik seperti neutron, antimaterinya sering kali berupa neutron itu sendiri.

Namun, para peneliti belum menentukan apakah partikel kecil netral yang dikenal sebagai neutrino juga memiliki antimateri dirinya sendiri.

Adapun saat materi dan antimateri bertemu, mereka akan memusnahkan satu sama lain dan melepaskan energi yang amat besar.

Antimateri pertama kali diungkapkan oleh fisikawan asal Inggris, Paul Dirac pada 1928, seperti dikutip laman New Scientist.

Melalui turunan persamaannya, Dirac menjelaskan adanya elektron bermuatan negatif berinteraksi dengan elektron positif atau positron.

Sama halnya proton, neutron, dan elektron yang bergabung membentuk atom dan materi, dia mengatakan bahwa antiproton, antineutron, dan antielektron (positron) juga bergabung membentuk antiatom dan antimateri.

Baca juga: 10 Buah Termahal di Dunia, Ada yang Mencapai Rp 700 Juta Per Biji

Keberadaan antimateri

Keberadaan antimateri di alam semesta hingga kini masih menjadi tanda tanya. Antimateri disebut sebagai inti dari misteri mengapa alam semesta ada.

Pada saat-saat pertama setelah Big Bang atau ledakan dahsyat yang melahirkan alam semesta, hanya ada energi.

Saat alam semesta mulai mendingin dan mengembang, partikel materi dan antimateri diproduksi.

Para ilmuwan telah mengukur sifat partikel dan antipartikel dengan ketelitian yang sangat tinggi dan menemukan bahwa keduanya memiliki perilaku identik.

Dengan demikian, jika antimateri dan materi diciptakan dalam jumlah yang sama dan berperilaku identik, seharusnya semua materi dan antimateri musnah saat bersentuhan dan tidak menyisakan apa pun.

Namun, saat ini yang terjadi justru materi lebih mendominasi daripada antimateri.

Teori lain mengatakan, jumlah materi sebenarnya lebih besar daripada antimateri, sehingga saat bersentuhan dan musnah, masih ada materi tersisa untuk membentuk alam semesta.

Baca juga: Daftar Kota Termahal di Dunia 2022 Versi EIU, Adakah Indonesia?

Antimateri buatan manusia

Manusia tercatat pernah mencoba menciptakan antimateri. European Organization for Nuclear Research (CERN) dengan alat bernama Atom Smasheryang berhasil menciptakan antimateri.

Beberapa percobaan di CERN berhasil menciptakan antihidrogen, antimateri dari unsur hidrogen.

Mereka juga berhasil menciptakan elemen antimateri paling kompleks hingga saat ini, yakni antihelium atau antimateri dari helium.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com