Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Video Satpol PP Bandung Razia Hotel, Ini Kata Ahli Hukum

Kompas.com - 25/12/2022, 07:30 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan video Satpol PP Bandung melakukan razia di hotel-hotel, ramai diperbincangkan di media sosial pada Kamis (22/12/2022).

Sejumlah warganet menyoroti razia yang disebut hanya dilakukan di hotel-hotel kelas melati, dan tidak dilakukan di hotel berbintang. 

Selain itu, ada pula warganet yang menanyakan soal dasar hukum razia tersebut apakah masih diperbolehkan, kaitannya dengan aturan KUHP yang terbaru. Dalam KUHP terbaru disebutkan, Satpol PP tidak lagi berwenang melakukan razia di hotel-hotel. 

"Privasi sudah tidak berlaku," tulis pengunggah dalam twitnya.

Baca juga: Hanya Satpol PP di Aceh Berhak Razia Perzinaan jika KUHP Diberlakukan

"Saat razia kamar hotel malam ini, di kota Bandung, Razia di Hotel sekitar Gatsu, Kebon Jati Kota Bandung, Banyak pasangan bukan suami istri diamankan petugas, 12 pasangan diamankan & barang bukti berupa alk*ntras*ps! & minuman beralko*hol, lalu dibawa ke kantor dan dilakukan sidang triping," bunyi keterangan pada video.

Hingga Sabtu (24/12/2022), unggahan itu sudah ditonton sebanyak 4,3 juta kali dan disukai sebanyak 6.271 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Lalu, bagaimana aturannya, apakah diperbolehkan Satpol PP melakukan razia di hotel?

Baca juga: Hanya Satpol PP di Aceh Berhak Razia Perzinaan jika KUHP Diberlakukan

Tanggapan ahli hukum

Ahli Hukum Pidana dari Universitas Trisakti, Azmi Syahputra mengatakan, saat ini Satpol PP masih memiliki kewenangan untuk melakukan razia di hotel.

"Pol PP memang saat ini masih mempunyai kewenangan berdasarkan Peraturan Daerah melakukan penggerebekan atau penggeledahan di hotel," ujar Azmi saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (24/12/2022).

Terkait razia yang dilakukan Satpol PP di Bandung, dasar hukumnya adalah Perda Bandung No. 9 Tahun 2019 tentang Ketertiban Umum, Ketenteraman, dan Perlindungan Masyarakat.

Kegiatan razia ini termasuk dalam bagian Operasi Yustisi Satpol PP Kota yang melibatkan berbagai unsur mulai dari Polri, Denpom, dan aparat terkait Kota Bandung.

"Maka bila ada peristiwa yang berdasarkan patroli, temuan, laporan atau pengaduan tentang adanya dugaan tindak pidana di tempat usaha atau penyalahgunaan izin tempat usaha tersebut, maka satpol PP dapat bertindak melakukan kewenangan demi penegakan Perda," kata Azmi. 

Namun Azmi juga menjelaskan, selanjutnya setelah KUHP terbaru mulai berlaku, Satpol PP tidak lagi berhak melakukan razia di hote-hotel. 

Baca juga: Pemerintah Tegaskan Tak Ada Pasal Pidana LGBT di KUHP Baru

 

Satpol PP tidak berhak melakukan razia

Dikutip dari Kompas.com, Senin (12/12/2022), Eddy mengatakan, berlakunya pasal perzinaan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) membuat seluruh peraturan daerah (perda) tentang zina tidak berlaku.

"Pasal ini (zina dalam KUHP baru) tetap berlaku, tetapi ada penjelasan. Penjelasannya mengatakan, dengan berlakunya pasal ini, maka semua Perda di bawahnya tidak berlaku," ucap Eddy dalam konferensi pers bersama dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI di Jakarta, Senin (12/12/2022).

Eddy mengungkapkan, perzinaan diatur dalam Pasal 411 KUHP baru.

Pada Ayat (1) berbunyi:

"Setiap orang yang melakukan persetubuhan dengan orang yang bukan suami atau istrinya, dipidana karena perzinaan, dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak kategori II".

Sementara itu, ayat (2) berbunyi:

"Terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilakukan penuntutan kecuali atas pengaduan suami atau istri bagi orang yang terikat perkawinan, maupun orangtua atau anaknya bagi orang yang tidak terikat perkawinan."

Artinya, seseorang terbukti melanggar atas pasal ini jika terdapat aduan dari pihak-pihak terkait.

"Anda bayangkan jika tidak ada pasal ini, kemudian di daerah yang mereka rajin melakukan sweeping, razia, penggrebekan, itu mereka bisa melakukan ini terhadap siapapun, termasuk turis asing," ujar Eddy.

"Dengan adanya pasal ini, dia melarang, tidak boleh melakukan penggerebekan dan sebagainya karena sifatnya adalah delik aduan. Jadi tidak boleh ada Perda yang mengatur itu sebagai delik biasa, sementara di KUHP sebagai delik aduan," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Tren
Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Tren
Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Tren
Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com