Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Unggahan soal Jangan Beli Beras dalam Bungkus Karung Goni karena Tercemar Kotoran Tikus

Kompas.com - 23/12/2022, 17:25 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Lantas, benarkah anjuran soal tidak membeli beras yang terbungkus karung goni untuk menghindari kotoran tikus dan hewan lain?

Baca juga: Merespons Bank Dunia, Wapres Sebut Harga Beras di Indonesia Fluktuatif

Penjelasan pakar

Guru Besar Hama Tanaman dari Fakultas Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. FX. Wagiman, S.U, menegaskan bahwa anjuran dalam TikTok tersebut tidaklah benar.

Menurut dia, tikus masuk gudang beras, mengonsumsi beras, serta mengontaminasi dengan urine dan fesesnya bisa jadi hal benar.

Urine atau kencing tikus yang menjadi media perkembangan bakteri Leptospirosis juga benar.

"Yang tidak benar adalah imbauan tersebut tidak didasari data pendukung," tegas Wagiman saat dihubungi Kompas.com, Jumat (23/12/2022).

Wagiman mengatakan, informasi tersebut hanya sepotong dan berdasarkan asumsi "jika" selama ada tikus di dalam gudang tempat penyimpanan beras.

"Tidak ada data pendukung insiden tikus di gudang mana, kapan, seberapa parah kontaminan urine (dan) feses tikus," terangnya.

Baca juga: Tanda-tanda Tikus Masuk Rumah, Salah Satunya adalah Bau Amis Ikan

Dia menambahkan, umumnya kemasan beras saat ini berbahan dasar plastik. Sebab, karung goni saat ini sudah jarang ditemui untuk mengemas beras.

Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karung goni sendiri merupakan karung yang terbuat dari kain goni, bahan dengan tekstur kasar.

Imbauan atau anjuran tersebut, kata dia, tampaknya menggeneralisasi informasi terbatas terkait insiden serupa di suatu tempat dan waktu tertentu.

Padahal, belum tentu setiap beras kemasan goni di dalam gudang sudah pasti terkontaminasi urine tikus.

"Saya belum menemukan ada hasil riset bahaya kemasan goni terkontaminasi urine tikus terkait kesehatan," tandas Wagiman.

"Kalau banjir, urine tikus menularkan atau menyebarkan Leptospirosis, banyak informasinya," tambah dia.

Baca juga: Kenapa Harga Beras di Indonesia Paling Mahal Se-Asia Tenggara? Ini Penjelasan Bank Dunia

Cuci beras sebelum diolah

Sebelum diolah, seperti menurut laman AKG FKM UI, beras harus dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kelebihan pati dan membersihkan kotoran-kotoran yang mungkin menempel.

Penelitian Food Department of Agricultural (FDA) juga menunjukkan, mencuci beras sebelum dimasak dapat mengurangi kandungan arsenik.

Meski begitu, mencuci beras secara berlebihan juga tidak baik. Sebab, bisa menghilangkan vitamin B yang larut dalam air.

Oleh karena itu, berikut cara mencuci beras yang tepat agar menghilangkan kotoran tanpa mengikis vitamin:

  • Cuci dengan aduk perlahan agar vitamin B dalam beras tidak terkikis
  • Cuci beras cukup dua kali dan tidak perlu sampai air cucian menjadi bening.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 31 Mei-1 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 31 Mei-1 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

Tren
Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com