Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Ahli soal Mengapa Jawa Barat Sering Diguncang Gempa

Kompas.com - 09/12/2022, 08:50 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Intensitas gempa di sejumlah wilayah di Jawa Barat dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan adanya peningkatan.

Pada Senin (21/11/2022), gempa dengan magnitudo 5,6 mengguncang wilayah Cianjur, Jawa Barat, dan sekitarnya.

Kemudian, beberapa hari sesudahnya, pada Sabtu (3/12/2022), gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,4 juga mengguncang wilayah Garut dan sekitarnya.

Terbaru, gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,1 dan 5,8 mengguncang Sukabumi, Jawa Barat, pada Kamis (8/12/2022) pukul 07.50 WIB.

Baca juga: Panduan ketika Gempa Melanda Rumah, Gedung, Jalanan, hingga Area Gunung

Lantas, mengapa Jawa Barat sering diguncang gempa?

Penjelasan ahli soal gempa di Jawa Barat

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, Jawa Barat merupakan daerah seismik aktif dan kompleks.

Guncangan aktif, imbuhnya, bisa berasal dari darat ataupun laut dengan aktivitas yang cukup intensif.

Bahkan, menurut dia, Jawa Barat merupakan daerah yang aktivitas gempanya paling aktif.

"Kalau dihitung-hitung, di antara Pulau Jawa, Jawa Barat yang paling aktif aktivitas gempanya," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (4/12/2022).

Baca juga: 4 Hal yang Harus Dilakukan Saat Terjadi Gempa di Gedung Tinggi, Apa Saja?


Sumber gempa di Jawa Barat

Menurut Daryono, gempa Jawa Barat sangat kompleks karena terdapat banyak sumber gempa.

Sumber gempa yang berasal dari laut, yakni ada subduksi, sesar dasar laut, zona megathrust, ataupun zona intraslab.

Sementara itu, sumber gempa yang berada di daratan yakni banyaknya sesar aktif di Jawa Barat.

Baca juga: Sesar Cimandiri dan Sejumlah Sumber Gempa Lain di Jabar dan Jakarta

Sejumlah sesar aktif itu di antaranya Cimandiri, Garut Selatan, Lembang, Padalarang, Balibis, serta masih ada sesar-sesar yang belum terpetakan seperti sumber gempa yang membangkitkan gempa Cianjur.

"Kalau ternyata banyak gempa, ya karena sumbernya banyak," katanya lagi.

Dengan pertimbangan di atas, wajar jika gempa terjadi dalam waktu berdekatan ataupun bersamaan, serta suatu kebetulan ketika gempa aktif secara bersamaan.

"Mereka itu memiliki sumber sendiri-sendiri, punya akumulasi sendiri-sendiri, punya waktu matang sendiri-sendiri, punya waktu rilis sendiri-sendiri. Jadi itulah fenomena teknonik seperti itu," katanya lagi.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal Sesar Cimandiri, Sebaran Sesar hingga Potensi Bahayanya

Analisis gempa bumi di Indonesia

Gempa bumi bermagnitudo 5,8 yang mengguncang Sukabumi, Jawa Barat, menyebabkan kerusakan bangunan rumah, di wilayah Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (8/12/2022).Dok. BPBD Kabupaten Bogor Gempa bumi bermagnitudo 5,8 yang mengguncang Sukabumi, Jawa Barat, menyebabkan kerusakan bangunan rumah, di wilayah Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (8/12/2022).

Sebelumnya, Daryono menjelaskan, Indonesia kerap diguncang gempa bumi karena dampak dari banyaknya sumber gempa.

Indonesia, imbuhnya, memiliki enam zona subduksi lempeng dan 13 segmen megathrust.

"Itu generator atau pembangkit gempa dahsyat," ujarnya, dikutip dari Kompas.com (15/11/2019).

Segmen megathrust itu, menurut dia, ada di barat Sumatera, selatan Jawa, utara Sulawesi, laut Malku, utara Papua, dan masih banyak lagi.

Oleh karena itu, potensi tsunami juga sangatlah tinggi.

Baca juga: Erupsi Gunung Semeru, Peringatan Tsunami Jepang, dan Penjelasan BMKG

Selain sumber-sumber di atas, Indonesia juga mempunyai zona sesar aktif yang merupakan lempengan yang patah dan bergeser.

Setidaknya ada 295 titik dan siap terjadi secara bergantian.

Apabila terdapat kejadian gempa yang berdekatan lokasi dan waktunya, hal itu bukan karena saling picu atau saling menjalar.

"Itu hanya kebetulan, jadi sampai saat ini pun secara empiris untuk membuktikan sebuah gempa dapat memicu gempa lain, itu masih sulit untuk dibuktikan," pungkasnya.

Baca juga: Viral, Video Helikopter Porak-porandakan Tenda Pengungsi Korban Gempa Cianjur, Ini Kata Basarnas

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Antisipasi Gempa Bumi

(Sumber: Kompas.com/Nur Rohmi Aida, Dandy Bayu Pramasta | Editor: Sari Hardiyanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com