Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai "Quiet Quitting" Kini Muncul Istilah "Quiet Firing", Apa Itu?

Kompas.com - 04/09/2022, 08:05 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belakangan, istilah quiet quitting banyak digunakan di media sosial. Istilah yang menjadi tren para pekerja di TikTok ini bukan berarti benar-benar keluar dari pekerjaan.

Dikutip dari Euronews (29/8/2022), quiet quitting merujuk pada melakukan pekerjaan seminimal mungkin, tak melampaui batas kewajiban, serta menolak hiruk pikuk tempat kerja.

Tujuannya, untuk menciptakan keseimbangan antara kehidupan pribadi dengan pekerjaan atau work-life balance.

Tak lama setelah quiet quitting merebak di kalangan pekerja, kini muncul istilah baru yang disebut sebagai quiet firing.

Baca juga: Mengenal Fenomena Quiet Quitting yang Sedang Tren di Dunia Kerja

Lantas, apa itu quiet firing?

Mengenal quiet firing

Dilansir dari Bloomberg (2/9/2022), ahli rekrutmen dari Seattle, Amerika Serikat, Bonnie Dilber memikirkan tentang alasan seseorang melakukan minimal pekerjaan atau quiet quitting.

Menurutnya, bisa jadi hal tersebut lantaran perusahaan tidak berbuat banyak untuk mendukung atau berinvestasi pada karyawan. Kondisi demikian, lanjutnya, bisa disebut sebagai quiet firing.

"Ketika Anda berada di lingkungan yang terasa seperti jalan buntu, sulit untuk ingin memberi lebih," ujar Dilber.

Istilah quiet firing atau quiet fired secara harfiah berarti pemecatan atau dipecat diam-diam. Jauh sebelum quiet quitting, fenomena quiet firing sudah lebih lama terjadi.

Dikutip dari Metro (1/9/2022), quiet firing adalah tindakan mengabaikan karyawan secara perlahan, sehingga mereka akan berhenti dengan sendirinya.

Bonnie Dilber dalam unggahan LinkedIn menuliskan, pemecatan karyawan secara diam-diam ini dilakukan dengan berbagai cara.

Misalnya, memberi mereka pekerjana ekstra, tidak memberi umpan balik atau pujian, tak ada kenaikan gaji, maupun membatalkan pertemuan yang seharusnya terjadi.

Karyawan yang mengalami quiet firing berarti dikeluarkan dari proyek perusahaan yang diidam-idamkan.

Mereka juga tidak akan bisa mengikuti perkembangan terbaru dari pekerjaan yang dijalani.

Dampaknya, lama-kelamaan karyawan akan merasa tidak kompeten, terisolasi, tidak dihargai, sehingga memutuskan resign atau mundur.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com