Dari sisi perusahaan, kata Dilber, quiet firing membawa sejumlah manfaat. Salah satunya, perusahaan tidak perlu memikirkan pesangon yang seharusnya diberikan saat memecat karyawan.
Baca juga: Benarkah Quiet Quitting Baik untuk Kesehatan Mental? Ini Pendapat Ahli
Masih bersumber dari Bloomberg, psikolog industri, Ella Washington menuturkan, pemecatan diam-diam terjadi karena sebagian besar manajer tidak mengerti umpan balik apa yang diharapkan dari bawahannya.
Selain itu, fenomena ini juga bisa terjadi lantaran manajer yang tidak membangun hubungan dengan anggota tim.
Akibatnya, tidak sedikit pemimpin yang memandang bawahan dengan hal ekstra apa yang harus dilakukan, dan bukan inti dari pekerjaan mereka.
"Tidak memberikan umpan balik yang tepat dan kesempatan untuk mengoreksi, itu bukanlah manajemen dan kepemimpinan yang etis," kata Washington.
Adapun penelitian terbaru dari perusahaan konsultan asal Amerika, McKinsey & Co menemukan, kurangnya kesempatan untuk mengembangkan karier menjadi alasan utama seseorang berhenti dari pekerjaan.
Alasan lainnya, yakni para pemimpin yang tidak peduli dan tidak memberi inspirasi dalam bekerja, serta fleksibilitas pekerjaan.
Kendati demikian, di masa lalu, gaji yang menarik bisa membuat orang tetap bekerja meski memiliki bos yang buruk.
Baca juga: Ini Tandanya jika Kita Sebenarnya Berperilaku Quiet Quitting di Kantor
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.