Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Salamun, M.Pd.I
Dosen di STIT Pringsewu

Dosen tetap di STIT Pringsewu Lampung, Alumni program Doktor UIN Raden Intan Lampung

Pesan Penting "Ojo Dibandingke"

Kompas.com - 29/08/2022, 11:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JANGAN dibandingkan itu terjemah dari kata ojo dibandingke yang berasal dari kosa kata bahasa jawa.

Tulisan ini bukan semata-mata tentang lagu yang sedang viral, bahkan sampai mendapatkan kehormatan tampil di Istana Negara dalam rangkaian ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke 77 pada 17 Agustus lalu.

Namun sepertinya menjadi kurang seru jika penulis tidak memulai narasi ini dengan sedikit memberikan pemaknaan atas peristiwa bersejarah tersebut, yang semoga menjadi bagian cerita bersejarah penuh makna tidak saja bagi seorang Farel Prayoga, tapi tentu juga para pelaku sejarah yang terlibat baik secara aktif maupun pasif dalam peristiwa tersebut.

Dalam perspektif hermeneutika, peristiwa “ditampilkannya Farel Prayoga di Istana” ini sebagai teks dan Presiden Jokowi sebagai author (penulis) atau persisnya adalah yang membuat teks.

Kuasa sebagai author tersebut didasarkan pada kuasa yang diberikan oleh konstitusi yang diberikan kewenangan sebagai “penguasa Istana Negara”. Tentu kemudian konteks pemahamannya akan sangat tergantung oleh khalayak ramai sebagai reader (pembacanya).

Setiap teks yang sudah diproduksi, sejatinya author (penulis) sudah mati, berjuta makna akan diberikan oleh para reader-nya.

Menurut saya tidak ada yang salah dalam peristiwa tersebut. Namun siapapun berhak memberikan tafsir atau pemahaman atas teks (peristiwa) tersebut, baik yang suka dan merasa terwakili maupun yang tidak suka atau menganggap Istana dan terutama momentum upacara hari kemerdekaan sebagai sesuatu yang sakral, tentu peristiwa tersebut menjadi tidak lazim atau setidaknya baru terjadi sepanjang sejarah.

Menurut hemat saya, setidaknya ada tiga makna penting dari peristiwa tersebut.

Pertama, dari lirik lagu ojo dibandingke (jangan dibandingkan) tentu ada pesan yang ingin disampaikan oleh Presiden Jokowi yang kemudian bisa ditangkap oleh siapapun apakah kepada “atasannya” dalam skala lokal nasional maupun global internasional.

Kepada siapa sesungguhnya pesan tersebut ingin disampaikan, secara persis tentu hanya Pak Presiden yang tahu.

Kedua, Presiden Jokowi ingin menjadikan Istana menjadi tempat yang ramah bagi rakyatnya. Beliau sering mengundang banyak elemen masyarakat, meskipun tentu secara teknis lebih sebagai perwakilan-perwakilan.

Ketiga, Presiden ingin memberikan apresiasi atas prestasi anak bangsa yang di antaranya dalam bidang ekonomi kreatif. Hal itu ditunjukkan dengan diterimanya sebuah karya seseorang oleh masyarakat luas dengan indikator viral.

Ya, kata viral hari ini menjadi mantra sakti yang sering menjadi pertimbangan para pembuat konten. Kadangkala menjadi sesuatu yang negatif jika dimaknai secara kurang bijaksana, yang penting bisa terkenal dan viral.

Dalam kehidupan sehari-hari semangat utama dari ojo dibandingke mengandung pesan-pesan penting. Katakanlah dalam kehidupan secara umum dan dalam dunia Pendidikan yang kemudian menjadi bagian otoritas penulis untuk memperbincangkannya.

Semua orang itu jenius. Tetapi jika Anda menilai ikan dengan kemampuannya untuk memanjat pohon, percayalah itu adalah bodoh (Albert Einstein).

Pernyataan Einstein ini perlu menjadi catatan penting bagi para pendidik, guru, ustadz, dosen, mentor, coach, trainer atau apapun sebutan yang diberikan sebagai pelabelan atas diri seseorang yang kemudian mendapatkan tugas untuk mendampingi peserta didik, siswa, santri, trainee atau pembelajar apapun dalam arti yang lebih luas.

Psikolog dan peneliti dari Harvard, Howard Gardner, dikenal karena telah mengembangkan teori kecerdasan berganda.

Bobbi DePorter dkk (1999) merangkum pemikiran Gardner tersebut dalam Quantum Teaching dan dialihbahasakan oleh Ary Nildari (2010) dengan SLIM-n-BIL.

Spasial-Visual; berpikir dalam citra dan gambar, Linguistik-Verbal; berpikir dalam kata-kata, Interpersonal; berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain, Musikal- Ritmik; berpikir dalam irama dan melodi, Naturalis; berpikir dalam acuan alam, Badan- Kinestetik; berpikir melalui sensasi dan Gerakan fisik, lntrapersonal; berpikir secara reflektif, dan Logis-Matematis berpikir dengan penalaran.

Setiap anak manusia tentu memiliki semua kecerdasan tersebut, namun tentu saja ada yang dominan dan sedang-sedang saja dari setiap potensi tersebut.

Farel atau "Farel-Farel" lainnya yang memiliki skill pada bidang musik dapat disebut memiliki kecerdasan musical-ritmik yang potensial untuk dikembangkan.

Dalam banyak kasus, proses Pendidikan nasional kita masih mengarah kepada penguatan beberapa potensi kecerdasan saja untuk tidak mengatakan hanya berfokus pada linguistic-verbal dan logis-matematis jika dilihat dari proses evaluasi pembelajarannya. Sebut saja, misalnya, ujian nasional yang kemudian Alhamdulillah sudah dihapus.

Pertanyaan berikutnya adalah apakah pascadihapusnya ujian nasional (UN) kemudian proses pembelajaran dan evaluasinya sudah mengedepankan pendekatan multiple intelligen tersebut?

Pendidikan (nasional) sebagai sebuah upaya sadar secara kolektif untuk tidak saja mencerdaskan kehidupan bangsa, namun juga tentu untuk mewujudkan generasi anak bangsa yang bermartabat tentu saja membutuhkan waktu untuk terus dilakukan penyempurnaan.

Dengan demikian, tentu kehidupan dunia Pendidikan menjadi tantangan tersendiri bagi para pemikir dan praktisi pendidikan dan pembelajaran untuk terus berkontribusi dalam memperbaiki dunia Pendidikan kita baik dari segi people/man (sumberdaya manusia), process (proses) maupun technologies (teknologi).

Esensi merdeka belajar di antaranya adalah anak atau peserta didik diberikan haknya untuk menumbuhkan bakat, potensi dan kreativitasnya masing-masing.

Hal inilah yang kemudian menjadi agenda terpenting bagi para penyelenggara pendidikan dan utamanya adalah para pendidik yang mendapatkan amanah untuk mendampingi peserta didik untuk terus bertumbuh.

Tetap memberikan bimbingan dan apresiasi atas segala aspek kecerdasan peserta didik dengan tidak membangun tembok-tembok diskriminasi dan membandingkan kecerdasan antara peserta didik yang satu dengan lainnya.

Kecerdasan dalam hal kinestetik, attitude dan moral juga patut dibangun ketimbang hanya mengedepankan kecerdasan intelektual yang miskin karakter, misalnya.

Pesan penting lainnya dari ojo dibandingke adalah dalam kehidupan keluarga. Bahwa dalam skala kecil maupun keluarga besar setiap anak memiliki kelebihannya masing-masing.

Membandingkan anak yang satu dengan lainnya bukan tindakan tepat. Bahkan justru akan mengganggu psikologi si anak, baik ketika masih kecil bahkan seorang anak yang sudah dewasa atau menduduki jabatan tertinggi apapun.

Seorang anak adalah tetap anak dan seringkali orangtua tetap memperlakukan kita sebagai anak.

Tidak ada yang keliru dalam hal ini. Justru harus disadari oleh setiap anak manusia bahwa apapun pangkat dan kedudukannya, seorang anak harus tetap memperhatikan atau yang lebih tepat adalah memberikan pengabdian terbaik kepada orangtua mereka dengan akhlak yang baik bagaimanapun itu.

Dalam satu keluarga tentu selalu ada barangkali yang menjadi trouble maker (pembuat masalah). Tentu di sisi lain Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan karunia dengan menjadikan sosok yang dapat menjadi problem solver (pemecah masalah).

Meskipun demikian orangtua dalam hal ini tidak boleh membuat “diskriminasi” perlakuan kepada putera puteri mereka.

Sejatinya edisi terakhir dari perjalanan anak manusia adalah ketika seseorang sudah dicukupkan rejekinya atau dieksekusi oleh sang malaikat maut untuk menghadap Allah SWT.

Sepanjang nafas masih diberikan oleh Allah SWT tentu setiap anak manusia dalam kapasitas apapun berhak untuk terus berproses memperbaiki dirinya menjadi lebih baik atau edisi terbaiknya (best edition of himself).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com