Menurut Eddy, saat ini pemerintah sudah mengeluarkan sekitar Rp 580 triliun untuk melakukan subsidi BBM dari yang semula hanya berkisar Rp 90 triliun.
Baca juga: Kata Pengamat soal Utang Indonesia ke Jepang Rp 4,7 Triliun
Eddy menjelaskan jika pemerintah menaikkan harga BBM dalam waktu dekat akan membuat efek spiral yang cukup besar.
Salah satu dampak instan yang akan dirasakan Indonesia akibat kenaikan harga BBM adalah naiknya inflasi atau harga barang secara umum.
"Efek spiralnya akan besar, karena BBM digunakan di semua Industri logistik, transportasi, kemudian barang dan jasa semua akan kena impact-nya," katanya lagi.
Baca juga: Video Viral Truk Diisi Minyak Goreng untuk Bahan Bakar, Apa Dampaknya?
Menurut Eddy, tingkat infasi Indonesia akan menembus angka 5 persen secara year-on-year atau tahun ke tahun di bulan yang sama saat BBM mengalami kenaikan.
"Kalau subsidi BBM dikurangi pasti akan tembus 5 itu year-on-year-nya," kata Eddy.
Tingkat inflasi yang tinggi selain menyebabkan kenaikan harga juga dapat membuat tingkat pengangguran turut meningkat.
Baca juga: Pembelian BBM Subsidi Pakai MyPertamina Berlaku Hari Ini, Cek Jenis Kendaraan dan Daftar Daerahnya
Mengenai prediksi kenaikan harga BBM, menurut Eddy pemerintah akan berusaha untuk mengulur waktu sampai lewat akhir 2022.
Hal tersebut dilakukan dengan melihat kondisi perang antara Rusia dan Ukraina yang diharapkan akan berangsur mereda.
Karena Rusia merupakan salah satu pemasok terbesar dari minyak dunia, jika perang mereda maka harga minyak dunia diharapkan akan ikut menurun.
"Mungkin lewat dari tahun ini, kan harapannya perang (Rusia dan Ukraina) akan mereda. Asal jangan ada perang baru," ungkap Eddy.
Namun apabila terjadi perang baru di kawasan lain, maka harga minyak dunia akan tetap lebih dari 100 dollar AS per barel atau bahkan mengalami kenaikan.
Kondisi tersebut akan memaksa pemerintah menaikkan harga BBM meskipun berusaha kuat untuk menjaga harga BBM tidak mengalami kenaikan.
"Kalau kondisi tidak berubah saya kira Januari (2023) kemungkinan maksimal pemerintah harus merevisi harga BBM," terang Eddy.
Baca juga: Ramai soal Kode QR Berubah-ubah Saat Web MyPertamina Di-refresh, Ini Penjelasan Pertamina