Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Berhasil Pakai Tanah dari Bulan untuk Bercocok Tanam

Kompas.com - 17/05/2022, 17:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Dalam ketiga sampel tersebut, mereka menumbuhkan spesimen laboratorium umum, tanaman kecil yang disebut selada thale (Arabidopsis thaliana).

Sebagai perbandingan, para ilmuwan juga menumbuhkan selada thale di jenis tanah yang terbuat dari abu vulkanik yang ditemukan di Bumi, yang disebut JSC-1A oleh NASA.

Hal itu dimaksudkan untuk mensimulasikan tanah bulan yang berbentuk tepung dan penuh dengan pecahan kaca abrasif.

Masih dari laman NASA, mereka menggunakan satu gram regolith untuk setiap tanaman. Tim menambahkan air dan benih ke sampel tersebut.

Setelah itu, mereka memasukkan nampan ke dalam kotak terarium di ruangan yang bersih. Larutan nutrisi ditambahkan setiap hari.

"Setelah dua hari, mereka mulai bertunas!," kata seorang profesor Ilmu Hortikultura di Universitas Florida, Anna-Lisa Paul, yang juga penulis makalah itu.

Dia mengatakan semua tanaman itu bertunas. Dia dan timnya sangat terkejut akan hal tersebut.

"Saya tidak bisa memberi tahu Anda betapa terkejutnya kami! Setiap tanaman (baik dalam sampel bulan atau dalam kontrol) tampak sama sampai sekitar hari keenam,” ujar Paul.

Namun, setelah hari keenam, terlihat jelas bahwa tanaman tidak sekuat tanaman kelompok kontrol yang tumbuh di abu vulkanik dan tanaman tumbuh berbeda tergantung pada jenis sampelnya.

Tanaman tumbuh lebih lambat dan memiliki akar yang kerdil. Selain itu, beberapa memiliki daun kerdil dan pigmentasi kemerahan.

Setelah 20 hari, tepat sebelum tanaman mulai berbunga, tim memanen tanaman, menggilingnya, dan mempelajari RNA.

Baca juga: Di Mana Gunung Tertinggi di Tata Surya?

Dalam sistem biologis, gen diterjemahkan dalam beberapa langkah. Pertama, gen atau DNA, ditranskripsi menjadi RNA. Kemudian RNA diterjemahkan ke dalam urutan protein.

Protein ini bertanggung jawab untuk melakukan banyak proses biologis dalam organisme hidup.

Pengurutan RNA mengungkapkan pola gen yang diekspresikan, yang menunjukkan bahwa tanaman memang berada di bawah tekanan dan telah bereaksi seperti para peneliti telah melihat Arabidopsis merespons pertumbuhan di lingkungan keras lainnya, seperti ketika tanah memiliki terlalu banyak garam atau logam berat.

Selain itu, tanaman bereaksi berbeda tergantung pada sumber sampelnya (masing-masing dikumpulkan dari area berbeda di Bulan).

Tanaman yang ditanam dalam sampel Apollo 11 tidak sekuat dua set lainnya. Meskipun demikian, tanaman itu tumbuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com